Kisah Perokok Mencari Smoking Area di Tokyo

Senin, 11 November 2019 - 11:24 WIB
Kisah Perokok Mencari Smoking Area di Tokyo
Salah satu smoking area di Tokyo, Jepang. Foto/SINDOnews/Dzikry Subhanie
A A A
TOKYO - Berkunjung ke Tokyo, Jepang selama beberapa hari, Bryanclif Egeten terpaksa harus menyesuaikan diri khususnya dalam hal merokok. Merokok di area yang telah ditentukan atau smoking area menjadi hal yang dilakoninya di Tokyo.

Ya. Tokyo memang dikenal sebagai kota yang mengatur secara khusus agar perokok tidak sembarangan mengisap rokok di area umum. Bahkan, di sejumlah perempatan atau trotoar disediakan smoking area agar perokok tidak seenaknya merokok di jalanan. Maka, jangan heran jika di area merokok yang lumayan luas dan diberi pembatas warna hijau itu akan terlihat para perokok yang berdiri menghabiskan sebatang rokok di sela aktivitasnya.

Di hotel atau restoran pun demikian. Akan ada smoking area yang disiapkan pengelola. Ukurannya lebih kecil jika dibandingkan smoking area di perempatan jalan atau trotoar. Rata-rata ukurannya ada yang 1x2 meter, 2x4 meter, atau 3x5 meter. Jika Anda ingin merokok, silakan 'menyepi' di smoking area tersebut.

Di sebuah hotel tempat SINDOnews menginap beberapa waktu lalu, denda sekitar Rp6 juta menanti jika pengunjung ketahuan merokok di kamar hotel.

Hal ini pula yang mengharuskan Bryanclif Egeten (28), salah satu WNI yang berkunjung ke Tokyo rela mencari smoking area demi menyalurkan kebiasaan merokoknya sekaligus menghindari sanksi.
Kisah Perokok Mencari Smoking Area di Tokyo

"Kalau di Jakarta, setiap bisa ngelihat langit otomatis bisa langsung bakar rokok, kalau di Tokyo belum tentu," ujarnya kepada SINDOnews. (Baca Juga: Nyamannya Berjalan Kaki di Trotoar Tokyo).

Bryan, sapaan akrab Bryanclif Egeten, mengatakan, kalau di Jakarta atau di Indonesia, selama tidak ada ada tulisan "no smoking" berarti orang bisa merokok. "Kalau di Tokyo malah sebaliknya, kita harus nyari tulisan 'smoking area' dulu baru bisa ngerokok," kata pria yang terpaksa mengurangi jatah merokoknya menjadi setengah bungkus sehari selama berada di Tokyo.

Kalaupun sudah menemukan 'smoking area', tempatnya sangat tidak memanjakan perokok. Rata-rata tempatnya di area outdoor dan tidak ada bangku untuk duduk. "Jadi, orang dipaksa untuk berdiri sehingga nggak betah menghabiskan waktu lama-lama untuk ngerokok."

Kata Bryan, orang Jepang sudah terbiasa dengan kondisi begitu. Mereka memang maunya tidak berlama-lama di tempat merokok agar cepat melanjutkan aktivitasnya lagi. "Orang sana kan emang sangat-sangat ngehargain waktu. Di sana istilah 'Waktu adalah Uang' bener-bener kepake banget. Kalau orang sana nyebut istilahnya 'toki wa kane nari'," ujar Bryan. (Baca Juga: Pemotor Jarang Terlihat di Tokyo, Ini Penyebabnya).
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2844 seconds (0.1#10.140)