Debit Air Saguling Susut, Petani Rugi karena Banyak Ikan Mati

Rabu, 28 Agustus 2019 - 20:34 WIB
Debit Air Saguling Susut, Petani Rugi karena Banyak Ikan Mati
Kondisi salah satu lokasi tambak ikan yang ditinggal pemilik akibat air Waduk Saguling menyusut dan menyebabkan banyak ikan mati di Kampung Babakan Rongga, Desa Cihampelas, KBB. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Musim kemarau yang sudah berjalan beberapa bulan mengakibatkan banyak petani tambak ikan di Waduk Saguling, tepatnya di Kampung Babakan Rongga, Desa dan Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB), merugi.

Pasalnya saat ini akibat debit air di Waduk Saguling menyusut yang cukup signifikan sehingga sebagian area permukaan waduk dapat terlihat dengan jelas dan bisa digunakan untuk pejalan kaki.

"Ya karena waduk mengering, ikan-ikan banyak yang mati," kata salah seorang petani ikan Kohar (70), ditemui di Waduk Saguling, Rabu (28/8/2019).

Dia mengemukakan, selama empat bulan terakhir, debit air di Waduk Saguling menyusut sehingga dia tidak bisa mendapatkan ikan sepeti biasanya. Akibatnya, pendapatan Kohar turun drastis karena ikan yang dijual sedikit.

Padahal saat musim hujan dia bisa mendapatkan ikan 10 hingga 20 kilogram perhari. Sedangkan saat musim kemarau untuk mendapatkan 5 kilogram perhari sangat sulit. "Saya di sini hingga malam hari kadang nginep, tapi ya itu ikan yang dihasilkan minim," ujar dia.

Menurut warga, Usman (40), musim kemarau ini memang sangat berdampak terhadap aktivitas peternak ikan di wilayah Kampung Kampung Babakan Rongga.

Meski kualitas air Waduk Saguling lebih bagus dibandingkan tahun sebelumnya, tapi kebanyakan ikan yang ditambak saat ini mabuk akibat sampah.

Wajar sejak beberapa bulan lalu banyak petani ikan di wilayah Cihampelas yang pindah tempat yang debit airnya masih tinggi demi mendapatkan hasil ikan yang banyak.

Biasanya mereka mengincar daerah hilir dengan asumasi air yang menggenang masih cukup banyak. Namun jika musim kemarau berlangsung lebih panjang bisa jadi kerugian akan semakin besar.

"Kalau bertahan kan hasil panen minim. Makanya cari lokasi yang airnya masih banyak. Sebab kalau air minim selain membuat ikan mabuk, juga pada mati," tutur Kohar.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.5173 seconds (0.1#10.140)