Memaknai Toponimi Leuwigajah melalui Karnaval Festival Gajah

Sabtu, 24 Agustus 2019 - 23:39 WIB
Memaknai Toponimi Leuwigajah melalui Karnaval Festival Gajah
Iring-iringan warga dari 20 RW di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jabar, mengusung replika kepala gajah dalam Festival Gajah II yang digelar dari kantor kecamatan dan finis di Lapangan Poral Leuwigajah, Sabtu (24/8/2019). Fot
A A A
CIMAHI - Mentari belum memancarkan sinarnya secara utuh, namun riuh suara dari warga di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat yang bersiap-siap menggelar kegiatan sudah ramai terdengar. Sekelompok warga tua dan muda tampak mengenakan atribut berwarna warni, membawa puluhan jampana (tandu) berhiaskan hasil bumi serta membawa ornamen atau replika kepala gajah.

Jelas saja warga mengusung replika kepala gajah, karena mereka sedang memeriahkan Festival Gajah II yang digelar di Kelurahan Leuwigajah, yang bertema serba gajah, Sabtu (24/8/2019). Kegiatan diisi dengan karnaval dan arak-arakan jampana, penampilan kesenian, dan kreasi berbagai jenis gajah yang dimulai dari Kantor Kecamatan Cimahi Selatan di Baros dan finis di Lapangan Poral Leuwigajah.

Apa yang digelar Warga Leuwigajah, Kota Cimahi, ini sebagai wujud dari melestarikan sejarah dan menjaga makna nama sebuah daerah. Ikon gajah yang dibawa dalam festival ini sebagai perwujudan bahwa penamaan wilayah Leuwigajah oleh para leluhur, bukan tanpa memiliki arti. Itu menjadi toponimi atau sebuah bahasan mengenai asal usul penamaan tempat, wilayah, atau bagian di permukaan bumi yang bersifat alam.

Berdasarkan penelusuran, leuwi memiliki arti lubuk atau sungai. Sehingga, nama Leuwigajah bisa dianalogikan sebagai gajah yang mandi atau dimandikan di sungai. Dalam buku sejarah Kota Cimahi, berdasarkan cerita sejarah Babad Batulayang, ketika Dalem Batulayang yaitu Dalem Abdul Rahman ditugaskan membantu VOC di Palembang, jabatan Dalem Batulayang lalu diserahkan kepada adiknya. Tahun 1770, Abdul Rahman kembali pulang ke Batulayang, sambil membawa oleh-oleh berupa seekor gajah.

Dalem Batulayang Abdul Rahman atau dikenal sebagai Dalem Gajah, tinggal di daerah Kampung Bojong Laja, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung. Selama hidupnya, gajah itu selalu dimandikan di sebuah leuwi atau lubuk di daerah Cimahi Selatan. Lama-kelaman tempat itu dikenal dengan sebutan Leuwigajah. Sehingga, nama Leuwigajah terus melekat dipakai hingga kini dan menjadi salah satu kelurahan di Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.

Wali Kota Cimahi Ajay Muhammd Priatna menyebutkan, Festival Gajah II ini diikuti oleh kurang lebih 2.500 warga yang berasal dari 20 RW di Kelurahan Leuwigajah. Warga tua dan muda semua berbaur secara antusias ikut turun ke jalan untuk menjadi peserta karnaval. Terkait dengan pengambilan tema gajah, ini dikarenakan wilayah Leuwigajah sangat lekat dengan sejarah pemandian gajah di Cimahi Selatan yang berdasarkan Babad Batulayang.

"Saya sangat terkesan dengan festival ini karena warga antusias tinggi, bahkan setia RW ada yang mengirim 200 warganya untuk ikut," ucapnya saat ditemui di Lapangan Poral, Cimahi.

Salah seorang peserta yang juga Ketua RW 13, Momon Suparlan, mengatakan kegiatan Festival Gajah ini juga sekaligus sebagai rangkaian acara memeringati HUT ke-74 Republik Indonesia. Menurutnya, festival seperti ini harus terus dipertahankan sebagai bagian dari ciri khas daerah dan memperkenalkan Cimahi ke luar. "Momentum ini untuk menjalin silaturahmi antara warga dan juga ketua RW. Alhamdulilah warga saya sangat antusias untuk ikut," pungkasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.0335 seconds (0.1#10.140)