Pasokan Listrik Dukung Tumbuh Kembang Industri Kopi

Selasa, 20 Agustus 2019 - 21:34 WIB
Pasokan Listrik Dukung Tumbuh Kembang Industri Kopi
Ilustrasi industri kopi. Foto/Dok.SINDOnews
A A A
BANDUNG - Menikmati secangkir kopi kini sudah menjadi gaya hidup (lifestyle) dan di balik kenikmatan kopi, diperlukan proses yang membutuhkan energi listrik mengingat semua mesin pengolah kopi, khususnya di kafe-kafe membutuhkan listrik.

Hal itu sejalan dengan tema "Electricity Lifestyle" yang mengemuka dalam penyelenggaraan Bali Collection Festival 2019 (BCF 2019) yang digelar di Nusa Dua, Bali, 16-18 Agustus 2019 lalu dimana Festival Kopi menjadi salah satu bagian dari festival tersebut.

Festival Kopi sendiri menampilkan sejumlah acara, seperti perbincangan dan pengetahuan tentang kopi serta pameran kopi yang menampilkan potensi kopi dari seluruh Indonesia. Para pengunjung, termasuk investor pun dapat berkomunikasi langsung dengan para petani atau pemilik kebun kopi, demo sangrai (roasting) kopi, dan menyaksikan langsung buyer’s cupping.

"Agustus adalah musim puncak kunjungan turis kedua di Bali setelah Idul Fitri, sehingga kami menyelenggarakan event yang sudah berlangsung selama 5 tahun ini di mana di dalamnya kami masukkan event Festival Kopi, yang baru diselenggarakan pertama kalinya tahun ini," jelas Ketua BCF 2019 Pambudi Prasetyo dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Selasa (20/8/2019).

Terkait tema "Electricity Lifestyle" yang mengemuka dalam Festival Kopi tersebut, Pambudi menjelaskan, penggunaan listrik dalam industri kopi sangat luas, mulai dari pohon kopi ditanam sampai kopi siap diminum. Proses penanaman kopi tidak hanya membutuhkan energi secara intensif, baik digarap dengan sistem tanam sederhana ataupun yang menggunakan mesin (mekanisasi pertanian).

"Faktanya, hampir 60 energi yang dipergunakan untuk menghasilkan secangkir kopi, terutama terletak pada sisi distribusi (pengangkutan), roasting (proses sangrai), dan penyeduhan (brewing) kopi," ungkap Pambudi.

Menurut dia, mesin roasting beroperasi pada suhu temperatur 550 derajat fahrenheit dan setiap satu jam menghabiskan sekitar 1 juta british thermal unit (BTU). Dari semua proses, penyeduhan kopi yang membutuhkan energi paling besar.

Pambudi menjelaskan, menggabungkan antara panas dari energi listrik itulah yang masuk dalam seni dan energi penyediaan kopi, termasuk berbagai mesin penyeduhnya.

"Secara total energi yang dipergunakan untuk menghasilkan 100 mililiter kopi setara dengan 1,94 megajoules atau setengah KwH," katanya.

Senada dengan Pambudi, Ketua Indonesian Barista Association (IBA) Bali Nyoman Suweca mengatakan, di bidang usaha coffee shop, daya listrik setiap jenis mesin berbeda-beda, bervariasi antara 1.200 watt sampai 1.300 watt di luar daya boiler.

"Biasanya setiap venue memiliki minimal 4 jenis mesin serta pendingin ruangan (AC) sehingga untuk menyediakan daya listrik beserta spare daya tersedia, mereka perlu menyediakan sekitar 10.000 watt," katanya.

Suweca menambahkan, sejak setahun terakhir perkembangan coffee shop di Bali bertumbuh pesat, sehingga hampir setiap bulan muncul satu kafe baru.

"Kegemaran minum kopi juga ditunjang oleh meningkatnya pendapatan kelas menengah, sehingga membeli segelas atau secangkir kopi harga Rp30-50.000 tidak terasa berat," katanya.
(abs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6646 seconds (0.1#10.140)