Kader PDIP Jabar Ini Nilai Maraknya Kasus Asusila Akibat Degradasi Moral

Senin, 19 Agustus 2019 - 22:44 WIB
Kader PDIP Jabar Ini Nilai Maraknya Kasus Asusila Akibat Degradasi Moral
Wakil Ketua Bidang Perempuan dan Anak DPD PDIP Jabar yang juga Ketua Fatayat NU Jabar Noor Rafiqa (kiri). Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Maraknya kasus penyebaran konten asusila hingga viral, khususnya di Jabar, harus menjadi perhatian serius semua pihak. Sebab, kondisi tersebut mengindikasikan tergerusnya moral dan identitas bangsa.

Wakil Ketua Bidang Perempuan dan Anak DPD Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Jabar Noor Rafiqa mengatakan, kejadian tersebut sebagai dampak negatif perkembangan teknologi yang berimbas kepada penyimpangan dan kejahatan seksual. Menurut dia, untuk menanggulanginya, orang tua harus waspada dengan meningkatkan pengawasan terhadap anak-anaknya.

"Orang tua harus semakin waspada dengan memberikan perhatian kepada anak-anaknya," tutur Noor saat ditemui di Kantor DPD PDIP Jabar, Jalan Pelajar Pejuang, Kota Bandung, Senin (19/8/2019).

Dia mengaku, sangat prihatin dengan semakin merebaknya perbuatan-perbuatan asusila yang disebabkan oleh degradasi moral. Oleh karenanya, pemerintah harus memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, sehingga peran aktif orang tua dan keluarga bisa lebih maksimal.

Dia juga menilai, keluarga harus berperan serta mengambil bagian dalam membendung runtuhnya tatanan moralitas dan etika. Keluarga, kata Noor, harus menjadi tempat berlindung yang nyaman dan menyenangkan.

"Nah, di sini dibutuhkan peran aktif para orang tua, agar anak-anak belajar memahami akhlak dan budaya yang menjadi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia," ujar perempuan yang akrab dipanggil Teh Fiqa itu.

Dia pun mengaku sangat prihatin dengan beredarnya video asusila yang melibatkan warga Kabupaten Garut, baru-baru ini. Apalagi, kata Noor, selama ini, warga Garut dikenal sangat memegang tradisi dan kental dengan nilai-nilai religi.

Terbongkarnya kasus tersebut membuat masyarakat Jabar kembali terhenyak dan tertampar dimana konten pornografi menyebar seperti virus melalui media-media online baik medsos maupun situs-situs website.

"Meski pemerintah sudah berusaha sekuat tenaga untuk memblokirnya, namun itulah ilmu pengetahuan dan teknologi. Di atas langit masih ada langit," ujarnya.

Lebih jauh Noor menjelaskan, ada beberapa aspek yang dapat menanggulangi degradasi moral. Pertama, aspek pendidikan formal atau lingkungan sekolah. Menurut dia, pendidikan harus lebih menekankan bimbingan dan pembinaan perilaku konstruktif, mandiri, dan kreatif.

"Ini untuk melatih integritas mental dan moral menuju terbentuknya pribadi yang memiliki daya ketahanan pribadi dan sosial dalam menghadapi benturan-benturan nilai-niai (clash of value) yang berlaku dalam lingkungan itu sendiri, berikut dengan lingkungan sosialnya," jelasnya.

Kedua, aspek lingkungan keluarga yang sangat jelas memberi andil yang signifikan terhadap berkembangnya pola perilaku menyimpang. Sebab, proses penanaman nilai-nilai bermula dari dalam keluarga hingga anak menemukan identitas dirinya dan mengaktualisasikan pribadinya secara utuh.

Dengan begitu, imbuh Noor, peran orang tua, termasuk sanak keluarganya harus lebih dominan di dalam mendidik, membimbing, dan mengawasi serta memberikan perhatian lebih sedini mungkin terhadap perkembangan perilaku anak-anaknya.

Ketiga, aspek lingkungan pergaulan yang acapkali menuntut dan memaksa anak-anak untuk menerima pola perilaku dalam pergaulan. Hal ini menurutnya sebagai kompensasi pengakuan keberadaan mereka dalam kelompok.

"Jadi perlu diciptakan lingkungan pergaulan yang kondusif, agar situasi dan kondisi pergaulan dan hubungan sosial yang saling memberi pengaruh dan nilai-nilai positif bagi aktifitas pergaulan dapat terwujud," katanya.

Ketua Fathayat Nahdatul Ulama (NU) Jabar ini menegaskan, aspek penegakan hukum atau sanksi juga harus menjadi shock teraphy bagi siapapun yang melakukan tindakan-tindakan pornografi maupun yang menyebarkan konten-konten asusila dan perilaku amoral lainnya.

"Ini harus dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, kepolisian dan lembaga lainnya," sebutnya.

Terakhir, aspek sosial kemasyarakatan. Masyarakat harus memberikan ruang untuk terciptanya relasi-relasi sosial yang baik dan serasi. Sehingga, warga masyarakat sekitar akan memberi implikasi terhadap tumbuh dan berkembangnya kontak-kontak sosial yang dinamis.

"Di sini akan muncul sikap saling memahami, memperhatikan sekaligus mengawasi perilaku, terutama di lingkungannya. Sehingga, mendukung terjalinnya sinergitas hubungan dalam mendidik dan menjalankan fungsi kontrol sosial, keamanan, dan ketertiban dalam masyarakat," tandasnya.
(abs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6854 seconds (0.1#10.140)