Disparbud Jabar Tawarkan Wisata Sejarah Jalur Kereta Api

Rabu, 14 Agustus 2019 - 11:03 WIB
Disparbud Jabar Tawarkan Wisata Sejarah Jalur Kereta Api
Kepala Disparbud Jabar Dedi Taufik. Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat menawarkan paket wisata sejarah jalur kereta api untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara asal Eropa.

Lewat event 'Smiling West Java Historical Railway Tour' yang berlangsung pada 21-22 Agustus 2019, Disparbud Jabar ingin memopopulerkan paket wisata baru itu. Event itu pun merupakan rangkaian Peringatan HUT ke-74 Provinsi Jabar.

Kepala Disparbud Jabar Dedi Taufik mengatakan, wisata sejarah jalur kereta api juga bertujuan melestarikan nilai-nilai sejarah, khususnya bidang perkeretaapian. Terlebih, perkembangan perkeretaapian di Indonesia tak lepas dari kolonialisme.

Menurutnya, pada zaman kolonialisme, kereta api dimanfaatkan sebagai alat transportasi pembangunan infrastruktur hingga mobilisasi pejabat pemerintahan Belanda. Bahkan, hingga kini, jalur hingga stasiun kereta api peninggalan pemerintahan Belanda pun masih difungsikan.

"Kita ingin peninggalan sejarah ini tidak hanya menjadi edukasi, tapi juga destinasi wisata ke depannya," kata Dedi melalui sambungan telepon, Rabu (14/8/2019).

Dia menuturkan, 'Smiling West Java Historical Railway Tour' menjadi cara untuk menggambarkan dan menggali potensi yang bisa dikembangkan dari perkeretaapian, terutama jalur kereta api Kota/Kabupaten Bogor, Kota/Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur.

Dia mencontohkan, gambaran peninggalan zaman kolonialisme yang masih eksis di antaranya Stasiun Bogor. Menurut beberapa ahli, Stasiun Bogor terbilang mewah dengan dua tingkat karena diperuntukkan khusus untuk para jenderal Belanda.

"Kita hampir tidak mengetahui masa kolonial Perang Dunia ke-2 ternyata Nazi Jerman masuk ke Jabar, di antaranya ke kawasan Lido (perbatasan Bogor-Sukabumi) dan Cisaat terdapat kuburan tentara ex Nazi," tutur dia.

Tur ini, lanjut Dedi, direncanakan melewati Terowongan Lampegan. Di sana, pejabat yang akan diundang seperti Gubernur Jabar, Dubes Jerman, Inggris, dan Belanda akan disuguhi pemandangan alam yang indah, seperti kebun teh atau kawasan Gunung Padang.

"Tujuan akhir tur ini kita ingin mengungkap bahwa kereta api yang melewati jalur-jalur pedalaman di Jabar memiliki surga-surga yang tersembunyi," katanya.

Dedi mengakui, saat ini, wisatawan mancanegara masih didominasi negara-negara Asia seperti Malaysia, Singapura, Jepang, dan China. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari-Februari 2019, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Jabar mencapai 27.701 orang.

Jumlah tersebut meningkat 16,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Wisatawan mancanegara asal Negeri Jiran mendominasi mencapai 18.636 orang. Jumlah itu pun meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2018 yang tercatat 16.724 orang.

Melihat hal itu, Dedi mendorong agar wisata sejarah jalur kereta api ke depannya menjadi daya tarik baru bagi turis asing, khususnya asal Eropa. Dia yakin, wisata sejarah dan alam akan diminati pelancong negara-negara Eropa, seperti Belanda, Jerman, dan Inggris.

Pihaknya akan menggandeng PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai fasilitator dari paket wisata tersebut. Sehingga, ke depan paket wisata ini pun bisa dinikmati masyarakat umum baik wisatawan lokal maupun mancanegara. "Ke depannya tentu kita siap dibuka untuk umum karena kita mengincar kunjungan wisata, khususnya wisatawan dari Eropa," tandasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6189 seconds (0.1#10.140)