Melirik Besarnya Potensi Ekonomi Tembakau di Jawa Barat

Rabu, 14 Agustus 2019 - 09:27 WIB
Melirik Besarnya Potensi Ekonomi Tembakau di Jawa Barat
Salah seorang petani di Kampung Pamujaan, Desa Citaman, Kecamatan Nagreg, sedang merawat tanaman tembakau. Foto/SINDOnews/Agus Warsudi
A A A
BANDUNG - Di Jawa Barat, ternyata tak sedikit petani yang membudidayakan tanaman tembakau. Meskipun luas lahan kebun tembakau di Jabar tak lebih dari 12.000 hektare, namun eksistensi tembakau asal provinsi ini cukup menjanjikan.

Potensi perekonomian terutama bagi pendapatan daerah dari sektor tembakau pun bisa dikatakan tak sedikit. Industri hasil tembakau dari hulu hingga hilir memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Suryana mengatakan, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil tembakau yang penting dan sebagian diekspor. Saat ini luas lahan kebun tembakau di Jawa Barat baru 12.000 hektare yang tersebar di 14 kota dan kabupaten.

Belum bertambahnya luas lahan tembakau tersebut lantaran terganjal peraturan gubernur (pergub) yang melarang perluasan lahan tembakau. Padahal untuk memenuhi kebutuhan tembakau di Provinsi Jabar dibutuhkan lahan kebun tembakau seluas 38.000 hektare.

"Produksi tembakau musim Jawa Barat itu baru 12.000 ton. Seharusnya, sesuai kebutuhan 38.000 ton. Untuk memenuhi kebutuhan itu, produsen tembakau mendatangkannya dari provinsi lain," kata Suryana dalam acara Road to World Tobacco Growers Day (WTGD) 2019 Kontribusi Petani Tembakau pada Perekonomian Jawa Barat di lahan kembakau Kampung Pamujaan, Desa Citaman, Kecamatan Nagrek, Kabupaten Bandung, Selasa (13/8/2019).

Melirik Besarnya Potensi Ekonomi Tembakau di Jawa Barat


Kontribusi tembakau untuk pendapatan negara dan daerah, ujar Suryana, terbagi dua. Pertama dari daerah penghasil bahan baku dan kedua penghasil cukai. Kabupaten Bandung merupakan penghasil bahan baku dan cukai.

Ada juga kabupaten yang hanya sebagai penghasil cukai karena hanya mengolah tembakau dan tidak memiliki tanaman atau lahan kebun tembakau.

Suryana mengemukakan, pendapatan Provinsi Jabar dari tembakau saat ini mencapai Rp360 miliar per tahun baik dari bahan baku maupun cukai dalam bentuk Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Sedangkan kabupaten Bandung mendapat Rp14 miliar.

"Sementara dari cukai tembakau dan pajak rokok, secara nasional menghasilkan dana untuk negara sebesar Rp139 triliun per tahun," ujar dia.

Untuk menunjukan eksistensi dan peran petani tembakau, tutur Suryana, APTI Jabar akan memperingati Hari Petani Tembakau Dunia/World Tobacco Growers Day (WTGD) 2019 bertema “Tembakau sebagai Warisan Kita” di Soreang, Kabupaten Bandung pada 29 Oktober mendatang.

"Hari Petani Tembakau Dunia yang jatuh pada 29 Oktober telah diperingati di berbagai belahan dunia sejak 2010 oleh para petani tembakau di masing-masing negara yang tergabung Asosiasi Petani Tembakau Internasional (ITGA)," tutur Suryana.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Bandung Nursadiah mengatakan, luas lahan tembakau di Kabupaten Bandung mencapai 1.524 hektare yang tersebar di 17 kecamatan. Seperti, Ibun, Cikancung, dan Nagreg.

Potensi produksi untuk saat ini, kata Nursadiah, meskipun luas areal perkebunan belum bertambah, cukup menggembirakan, meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2017, produksi tembakau Kabupaten Bandung mencapai 5.881 ton. Sedangkan tahun ini meningkat 1.000 ton menjadi 6881.

"Pemasaran produksi tembakau Kabupaten Bandung bergantung permintaan pasar. Untuk saat ini, untuk kebutuhan rokok putih dan kretek dipasarkan ke Kabupaten Garut. Kalau untuk pasar luar negeri atau ekspor belum," kata Nursadiah.

Disinggung apakah ada petani yang membudidayakan tembakau untuk cerutu? Nursadiah menyatakan, sampai saat ini petani tembakau di Kabupaten Bandung belum membudidayakan tembakau untuk cerutu sebab faritasnya tertentu. "Varitas tembakau untuk cerutu itu sudah ditentukan. Di kita belum ada (yang membudidayakan)," ujar Nursadiah.

Sementara itu, sebagian warga Desa Citaman, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung menggantungkan hidup mereka dari tembakau. Kebun tembakau, bahan baku rokok, terhampar di bawah pegunungan. Salah satunya di Kampung Pamujaan, Desa Citaman.

Dayat (60), salah seorang petani penggarap, mengatakan, telah 20 tahun bertani tembakau. Harga tembakau bisa mencapai harga antara Rp20.000 hingga Rp100.000 perkilogram.

"Tembakau punya kelas beda-beda. Itu berdasarkan posisi daun tembakau di dahan. Semakin bawah daun, kelasnya di bawah. Semakin atas daun tembakau, semakin tinggi harganya. Kalau daun di bagian atas dahan, setelah diolah harganya bisa mencapai Rp80 ribu hingga Rp 100 ribu perkg. Kalau yang di bawah Rp20 ribu perkg," kata Dayat.

Ade Tatang (55), petani tembakau lain asal Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cicalengka, bercocok tanam tembakau memberikan penghidupan bagi para petani. "Permintaan tembakau dari pasar selalu tinggi, produksi tanaman ini juga jadi terus berkelanjutan. Budidayanya juga tidak sulit, tak membutuhkan air banyak," ujar Ade Tatang.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (Apti) Kabupaten Bandung, Sambas menerangkan wilayah Nagreg dan Cicalengka memang dikenal penghasil tembakau berkualitas. "Dari 143 petani yang menggarap 90 hektare lahan tembakau di Nagreg menghasilkan 8.700 kg permusim," tutur Sambas.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.6375 seconds (0.1#10.140)