Imbas Tumpahan Minyak, Ridwan Kamil Imbau Nelayan Karawang Tidak Melaut

Rabu, 07 Agustus 2019 - 16:54 WIB
Imbas Tumpahan Minyak, Ridwan Kamil Imbau Nelayan Karawang Tidak Melaut
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melihat ceceran tumpahan minyak di Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Rabu (7/8/2019). Foto/SINDOnews/Nila Kusuma
A A A
KARAWANG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta nelayan Karawang berhenti melaut atau menjual ikan kepada masyarakat selama kebocoran minyak Pertamina masih berlangsung. Pihak Pertamina akan memberikan kompensasi bagi nelayan berupa pekerjaan mengumpulkan limbah di pantai ke dalam karung.

"Jadi kami mengimbau untuk sementara jangan melaut atau menjual ikan kepada masyarakat yang tidak tahu. Meski tidak melaut tapi mereka tidak menganggur karena dipekerjakan oleh Pertamina mengumpulkan limbah minyak ke dalam karung. Sebaiknya sampai ada kepastian sebaiknya jangan melaut," kata Ridwan Kamil didampingi Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana saat mengunjungi lokasi terdampak tumpahan minyak di Desa Cemarajaya, Kecamatan Cilebar, Karawang, Jawa Barat, Rabu (7/8/2019).

Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, juga meminta masyarakat tidak panik atau terprovokasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab terkait kebocoran minyak Pertamina ini. Dia mengatakan, proses perbaikan kebocoran sudah dilakukan dan sudah mencapai 30 persen dari kerusakan. Pertamina menggunakan jasa kontraktor dari Amerika untuk perbaikan. Masa perbaikan ditarget hingga 14 hari ke depan.

"Jadi jangan panik karena Pertamina sedang.menjalani proses perbaikan. Dan semua kerugian masyarakat juga sedang dihitung," ujarnya.

Emil juga memastikan tentang tanggung jawab Pertamina mengenai dampak lingkungan dari kebocoran minyak. Dia sudah instruksikan dinas-dinas untuk mendata biota laut dan juga tanaman magrove dampak bocoran minyak. "Masalah lingkungan juga menjadi perhatian, bukan hanya manusia, tapi seluruh makhluk hidup yang terdampak juga kita perhatikan," tegasnya.

Sementara itu Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan, perbaikan dengan cara membunuh sumur yang tidak diinginkan dengan cara ditutup. Penutupan tidak dilakukan dari atas karena tidak aman.

"Kalau sumur biasa bisa diselesaikan dari atas dengan semen atau lumpur padat. Tapi ini kan sumur minyak ada gas jadi tidak aman," ujarnya.

Menurut Nanang, yang paling aman adalah dengan membuat sumur baru. Saat ini tengah dilakukan membuat sumur baru di sekitar anjungan. "Pembuatan sumur baru saat ini sudah sekitar 2 kilometer dari anjungan," katanya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2477 seconds (0.1#10.140)