Puncak Peringatan HUT Bhayangkara, Polda Jabar Gelar Istigasah

Rabu, 07 Agustus 2019 - 14:25 WIB
Puncak Peringatan HUT Bhayangkara, Polda Jabar Gelar Istigasah
Polda Jabar menggelar tablig akbar dan istigasah di Masjid Al-Amman Mapolda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Rabu (7/8/2019). Foto/SINDOnews/Agus Warsudi
A A A
BANDUNG - Polda Jabar menggelar tablig akbar dan istigasah di Masjid Al-Amman Mapolda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Rabu (7/8/2019). Kegiatan ini merupakan puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73 Bhayangkara.

Kegiatan diawali dengan marawis kolaborasi dari personel TNI dan Polri. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alquran dan saritilawah yang dibacakan oleh Aiptu Budi Suhendi dan Kapten Syarifah. Selanjutnya, sambutan Kapolda Jabar dan Gubernur Jawa Barat.

Tausiyah disampaikan Habib Jindan bin Novel dan doa dipimpin oleh Habib Rifqi bin Idrus Al Hamid. Hadir dalam acara itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Kapolda Jabar Irjen Pol Rudy Sufahriadi, Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Tri Soewandono, Kajati Jabar Raja Nafrizal, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Rachmat Syafei, dan Ketua DPRD Jabar Ineu Purwadewi Sundari.

Kapolda Jabar Irjen Pol Rudy Sufahriadi mengatakan, istigasah ini digelar sebagai wujud rasa syukur atas situasi dan kondisi Jawa Barat yang aman dan kondusif setelah melalui beberapa momen penting baik daerah maupun nasional. Kegiatan ini juga ajang meningkatkan silaturahmi antara ulama dan umara dalam membangun persatuan umat serta komunikasi intelektual, spiritual, dan sosial, guna mempererat hubungan dalam bertoleransi dan kerukunan antara umat beragama. "Harapannya, masyarakat turut menjaga situasi kondusif seperti ini," kata Rudy seusai istigasah.

Menurut Rudy, Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang mengajak kepada kedamaian dan menghargai perbedaan untuk menciptakan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) di wilayah hukum Polda Jabar yang aman, tenteram, dan kondusif. "Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kemerdekaan Indonesia, tidak terlepas dari peran para ulama dan tokoh agama dalam melawan penjajah," ujarnya.
Puncak Peringatan HUT Bhayangkara, Polda Jabar Gelar Istigasah

Rudy menuturkan, pada awal kemerdekaan banyak para tokoh dari berbagai kalangan agama dan daerah ikut mempersiapkan, aktif dalam parlemen dan pemerintahan. Sehingga harus disadari bersama bahwa kemerdekaan saat ini berkat para pendahulu yang mengecilkan perbedaan dan memperbesar kesamaan kepentingan.

"Oleh karenanya, apa yang telah dilakukan para pendahulu, tentunya menjadi teladan, bahwa untuk meraih sesuatu yang besar perlu adanya rasa persatuan dan kesatuan. Indonesia sebagai bangsa yang besar dengan latar belakang masyarakat beragam akan lebih maju lagi bila bersatu, tidak terpecah- pecah," tutur Rudy.

Perbedaan pendapat, ungkap dia, adalah hal wajar dan dimungkinkan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun perlu disikapi dengan baik, sebagai khazanah kekayaan potensi dan budaya bangsa. Menyadari beragam perbedaan tersebut, para pendahulu bangsa, sejak awal telah bersepakat untuk melebur menjadi kesatuan diikat oleh semboyan 'Bhinneka Tunggal Ika' yang terbukti ampuh sebagai landasan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sedangkan dalam tausiyahnya Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan mengatakan, persatuan merupakan kunci dari kedamaian hidup. Tidak perlu saling menjelekkan antarsesama, walaupun yang bersangkutan berbuat tidak baik terhadap diri kita. "Balaslah semuanya dengan melakukan hal baik dan bermanfaat bagi umat manusia," ujarnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.3386 seconds (0.1#10.140)