7 Persen Penduduk Indonesia Terkena Problem Kelenjar Tiroid

Minggu, 04 Agustus 2019 - 15:19 WIB
7 Persen Penduduk Indonesia Terkena Problem Kelenjar Tiroid
Dokter Spesialis Endokrin Johan S Masjhur (kanan) dan Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Ketut Suastika menunjukan salah satu alat mendeteksi tiroid. Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Sekitar 7% dari total penduduk Indonesia diperkirakan terkena problem kelenjar tiroid. Sayangnya, tidak ada data pasti terkait penanganan kasus tiroid dari mereka yang terkena kelainan ini.

Dokter Spesialis Endokrin yang juga Pengurus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Johan S Masjhur mengatakan, kendati pengidap problem tiroid diperkirakan sekitar 7%, angka prevalensi kasus tiroid antara 2 hingga 5% dari total populasi Indonesia.

Kendati angka masyarakat pengidap problem tiroid cukup tinggi, penanganan terhadap kasus ini belum terdeteksi maksimal. Bahkan, dia belum bisa mendeteksi berapa pasien yang sudah tertangani. "Kita paham, penanganan kasus ini masih terhambat masalah fasilitas kesehatan. Makanya ada organisasi ini agar penanganan terhadap pasien tiroid bisa lebih maksimal. Terutama agar tidak membuang uang, atau lebih efisien," kata Johan, Sabtu (3/8/2019).

Lebih lanjut dia menjelaskan, kasus kelenjar tiroid masih banyak ditemukan di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan daerah lainnya di Indonesia. Secara fisik, mereka yang mengalami masalah tiroid mengalami pembengkakan di leher atau bawah dagu.

"Kelenjar ini memang kecil, tapi fungsinya kompleks. Dia mengatur pertumbuhan, metabolisme, hormon tubuh, dan lainnya. Kalau fungsi tiroid ini terlalu tinggi bisa menyebabkan masalah jantung, kulit, dan lainnya. Kalau kurang, juga bisa ganggu kecerdasan. Orang yang terganggu tiroid juga akan jadi beban keluarga, karena kecerdasannya terganggu," beber dia.

Pada dasarnya, kasus tiroid tak hanya menyangkut satu keahlian pada bidang kedokteran. Tetapi banyak pihak yang terlibat untuk mendeteksi secara maksimal, mulai dari ahli ahli endokrin, dokter nuklir, dokter anak, patologi, dan lainnya.

Organisasi ini, kata dia, sebagai upaya mewadahi ahli kesehatan dari disiplin ilmu sehingga deteksi dini atas kasus ini semakin mudah. Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Ketut Suastika mengatakan, melalui wadah ini pihaknya aktif menggelar seminar untuk meningkatkan pengetahuan tenaga medis atas kasus tiroid.

"Ada 280 peserta yang ikut seminar ini. Diikuti perkumpulan profesi di bidang kedokteran, baik umum, spesialis, atau tenaga medis lainnya, terutama yang ingin layani pasien tiroid. Mereka dari seluruh Indonesia," jelas dia.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.8639 seconds (0.1#10.140)