Indonesia Berpeluang Besar Jadi Eksportir Dominan Buah ke Tiongkok

Rabu, 24 Juli 2019 - 23:46 WIB
Indonesia Berpeluang Besar Jadi Eksportir Dominan Buah ke Tiongkok
Indonesia dinilai berpeluang besar menjadi eksportir dominan buah ke Tiongkok menyusul membaiknya ekspor manggis ke negara tersebut.. Foto/SINDOnews/dok
A A A
BANDUNG - Indonesia dinilai berpeluang besar menjadi eksportir dominan buah ke Tiongkok menyusul membaiknya ekspor manggis ke negara tersebut.

Terlebih, Indonesia dikenal sebagai negara penghasil produk holtikultura yang selama ini pun menjadi produk unggulan dan potensinya sangat besar.

Oleh karenanya, lobi pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag), untuk meningkatkan ekspor buah-buahan ke Tiongkok dinilai positif.

Lobi-lobi yang dilakukan Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita di Tiongkok diharapkan dapat menaikkan kuota impor manggis dan buah lainnya untuk menyaingi Vietnam dan Thailand.

"Indonesia memang unggul, terutama di produk makanan, minuman, tembakau, tekstil, dan juga produk-produk pertanian dan perkebunan, dan tentunya ini menjadi komoditas unggulan kita. Jadi cukup positif kalau kita kemudian bisa menegosiasikan ekspor kita Tiongkok," ungkap Ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/7/2019).

Potensi ekspor buah ke Tiongkok, lanjut Fitra, tercermin dari membaiknya ekspor manggis ke negara tersebut. Dia pun meyakini, ekspor manggis dapat membaik seperti sebelum Negeri Tirai Bambu itu membatasi impor manggis dari Indonesia.

Senada dengan Fithra, pengamat ekonom dari Indef, Rusli Abdullah mengatakan, kekayaan alam berupa buah-buahan yang beraneka ragam menjadi kekuatan Indonesia. Hal ini menciptakan peluang bagi Indonesia untuk mengekspor buah-buahan tropis ke negara-negara empat musim, salah satunya Tiongkok.

"Tiongkok itu empat musim, Indonesia dua musim, punya buah-buah tropis yang kalau dijual ke China laku banget. Karena orang-orang empat musim sangat suka buah-buahan tropis, mereka stok untuk musim dingin, sangat luar biasa permintaannya," tutur Rusli.

Menurutnya, buah-buahan yang cukup potensial, seperti manggis, salak, durian, maupun nanas berpeluang terus diekspor ke Tiongkok karena cenderung tahan lama. Sementara, meskipun produksinya banyak, buah seperti pisang kurang tahan lama.

"Karena jarak Tiongkok dan Indonesia cukup jauh, jadi rentan busuk," terangnya.

Selain itu, buah pisang juga masih ditanam menyebar, sehingga untuk menghimpunnya butuh biaya cukup besar.

Diketahui, Mendag Enggartiasto Lukita melakukan serangkaian langkah lobi ke Tiongkok untuk mendongkrak ekspor ke salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Komoditas yang diharapkan menjadi pendongkrak neraca perdagangan Indonesia adalah CPO, buah-buahan, dan sarang walet.

Mendag Enggar mengharapkan, Indonesia bisa meraih setidaknya USD1 miliar per tahunnya dari ekspor sarang burung walet. Yang diprioritaskan oleh Menteri Enggar adalah komoditas yang tidak diproduksi Tiongkok.

Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor manggis ke Tiongkok pada 2018 tercatat sebesar 38,83 ribu ton atau tumbuh hingga 324 persen dibandingkan ekspor pada 2017 yang hanya mencapai 9,16 ribu ton.

Nilai ekspor manggis pada 2018 pun tercatat sebesar Rp474 miliar atau tumbuh 778 persen dari nilai ekspor pada 2017 yang nilainya Rp54 miliar.

Ekspor manggis ke Tiongkok pernah mencapai USD36 juta pada 2012. Namun, angkanya turun drastis menjadi USD96 ribu dolar di 2013 menyusul larangan impor manggis dari Indonesia yang diberlakukan negara tersebut.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pertimbangan sosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi optimistis, Indonesia bisa memperoleh USD1 miliar per tahun dengan menggenjot tiga komoditas yang diusung Mendag Enggar, yakni CPO, buah-buahan, dan sarang burung walet.

Dia mengakui, kualitas sarang burung walet memang sempat memburuk, sehingga ekspornya terhambat. Namun, kini, sarang burung walet Indonesia semakin baik dalam kualitas dan mutu. Tinggal pemerintah mempercepat masalah intern, agar ekspor sarang burung walet meningkat.

Total perdagangan Indonesia-Tiongkok periode 2018 sendiri tercatat sebesar USD72,67 miliar atau naik 23,48 persendari total perdagangan 2017 yang sebesar USD58,84 miliar. Adapun total perdagangan Indonesia-Tiongkok pada periode Januari-April 2019 telah mencapai USD22,4 miliar.
(abs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5073 seconds (0.1#10.140)