Kekeringan, 6.348 Hektare Sawah di Subang Terancam Gagal Panen

Senin, 22 Juli 2019 - 20:39 WIB
Kekeringan, 6.348 Hektare Sawah di Subang Terancam Gagal Panen
Tanaman padi mulai mengering akibat kemarau di Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang. Foto/Didin Jalaludin
A A A
SUBANG - Sedikitnya 6.348 hektare sawah di Kabupaten Subang terancam gagal panen akibat kemarau yang telah melanda Subang sejak dua bulan terakhir ini.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Djaja Rohadamadja menyebut, dari total luas sawah di Subang yang mencapai 58.447 hektare, 6.348 hektare di antaranya berpotensi mengalami kekeringan hingga gagal panen.

"Saat ini, berdasarkan laporan yang sudah benar-benar terkena dampak kekeringan baru seluas 926 hektare,"sebutnya, Senin (22/7/2019).

Menurut dia, berdasarkan data dari Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah II, keadaan bencana alam kekeringan musim tanam (MT) 2019 di Subang hingga 2 Juli 2019 mencapai 1.937 hektare.

Bila benar terjadi, kata Djaja, diprediksi mengancam produksi padi sebanyak 2.714,9 ton atau senilai Rp13 miliar.

Kekeringan juga terjadi di Kecamatan Cipunagara, Pagaden, dan Pagaden Barat. Tanaman padi layu dan mengering akibat tidak terairi. Petani padi di wilayah itu khawatir gagal panen, terlebih padi yang kekurangan air rata-rata baru berusia tiga minggu hingga dua bulan.

Camat Cipunagara Ubay Subarkah mengungkapkan, kekeringan di wilayahnya sudah menjadi langganan setiap musim kemarau tiba. Namun, kata Ubay, kemarau kali ini bisa dikatakan ekstrem. Bahkan, keluhan kekeringan dari petani sudah terdengar sejak satu bulan hujan tidak turun.

"Di daerah ini saja, dari 4.989 hektare sawah dengan usia tanaman padi berkisar kurang satu bulan, sebagian besar kekurangan air. Kekeringan bisa terus meluas jika musim kemarau berkepanjangan," katanya, Senin (22/7/2019).

Menurut dia, kekeringan yang berdampak pada areal pertanian ini sudah dilaporkan. Saat ini, pihaknya bersama Dinas Pertanian Subang tengah berusaha maksimal menangani persoalan yang menimpa para petani padi tersebut.

"Salah satunya dengan sistem pompanisasi dengan mengambil air dari sumber air Situ Pendeuy, Situ Saradan, dan Sungai Cileuleuy," katanya.
(abs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6285 seconds (0.1#10.140)