Peduli Autoimun, 3 Yayasan Sinergi Gelar Weekend Market di Bandung

Minggu, 21 Juli 2019 - 23:47 WIB
Peduli Autoimun, 3 Yayasan Sinergi Gelar Weekend Market di Bandung
Co-founder Firda Athira Foundation Firda Athira Azis (kiri) dan Direktur Clerry Cleffy Institute Dwi Prihandini S memberikan bantuan modal kepada peserta Weekend Market yang merupakan pengidap autoimun. Foto/SINDOnews/Agus Warsudi
A A A
BANDUNG - Sebagai bentuk kepedulian terhadap pengidap autoimun di Indonesia, terutama Kota Bandung, tiga yayasan bersinergi menggelar acara Weekend Market dengan tema "A Day Full of Happiness with Autoimmune Survivor" di kawasan Jalan Taman Cibeunying, Kota Bandung, Minggu (21/7/2019).

Tiga yayasan tersebut antara lain, Marisza Cardoba Foundation, Firda Athira Foundation, dan Clerry Cleffy Institute.

Dalam acara itu, para pengidap autoimun diberi materia tentang pola hidup sehat, terutama konsumsi makanan sehat yang dapat mengurangi risiko penyakitnya.

Pendiri & Direktur Clerry Cleffy Institute sekaligus pendiri Athira Foundation Dwi Prihandini S Psi MSi mengatakan, kegiatan ini sebuah sinergi tiga yayasan Marisza Cardoba Foundation, Clerry Cleffy Institute, dan Firda Athira Foundation.

Di Firda Athira Foundation, kata Dwi, dirinya menjabat sebagai pendiri. Firda Athira Foundation dilibatkan dalam acara ini, karena generasi perlu tahun bahwa pada tahun 2020-2030, mereka akan terkena dampak bonus demografi.

Jadi, kata Dwi, generasi milenial atau langgas di Indonesia akan mencapai populasi sekitar 70%. "Artinya, kemungkinan orang-orang (yang mengidap) penyakit autoimun akan bertambah banyak dari generasi mereka (milenial). Jadi saya ingin, ini (kepedulian) tidak berhenti di saya, tetapi juga terus berkesinambungan sampai ke generasi milenial. Sehingga mereka nanti lebih peduli kepada sesama," kata Dwi lokasi acara.

Dalam acara ini, ujar Dwi, selain materi tentang pola hidup dan makanan sehat, pelatihan, dan juga pemberian modal usaha sebesar Rp2,5 juta kepada peserta yang seluruhnya pengidap autoimun.

Dwi menuturkan, sebagian gerakan awal, kegiatan ini akan digelar di 10 kota besar di Indonesia. Pada Juni 2019 lalu, kegiatan serupa digelar di Bali. Pekan ini di Kota Bandung dan pekan depan Jakarta.

"Selanjutnya, kami akan gelar acara seperti ini di Ternate sebagai perwakilan Maluku. Setelah itu Surabaya. Sedangkan pada 2020, kami akan menggelar acara ini di lima kota besar lainnya. Salah satunya di Kota Sorong, Papua. Harapan saya akan ada kota-kota berikutnya," ujar Dwi yang merupakan psikolog perdamaian ini.

Sementara itu, Direktur Marisza Cardoba Foundation Marisza Cardoba mengemukakan, autoimun merupakan penyakit yang sekarang telah menjadi epidemi, khususnya di Indonesia dan beberapa negara di belahan dunia lain. Jumlah kasusnya terus meningkat.

"Dari situ lahirlah program ini, Autoimun Berbagi Kebahagiaan yang digagas Clerry Cleffy Institute dengan menggandeng Mariza Cardoba Foundation yang merupakan mitra resmi pemerintah, khususnya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dan Firda Athira Foundation," ujar Marisza.

Jadi, tutur Marisza, tujuan acara ini adalah memberdayakan para pengidap autoimun, khususnya bagi yang tidak bisa beraktivitas di luar rumah lagi untuk mencari penghidupan.

Marisza menuturkan, dalam acara ini, para pengidap autoimun diberikan pelatihan secara intensif walaupun hanya satu hari. Di sana mereka belajar menggali penyebab terkena autoimun dari perspektif positif.

"Kami juga mengajari mereka membuat suatu produk. Khususnya makanan sehat. Alasannya, karena memang autoimun suatu penyakit yang bisa dikendalikan dengan pola hidup dan mengonsumsi makanan sehat," tutur Marisza.

Dengan demikian, ungkap Marisza, harapannya mereka mulai bisa menyuarakan. Selain memproduksi makanan sehat. Sebab, penyakit autoimun tidak bisa disembuhkan, namun dengan pola hidup dan makanan sehat, autoimun bisa dikendalikan.

"Ayo masyarakat Bandung, mulailah mengonsumsi makanan sehat. Kami punya produknya. Supaya terhindar dari penyakit autoimun," ungkap dia.

Saat ini, kata Marisza, Marisza Cardoba Foundation sedang mendorong pemerintah untuk melakukan pendataan terhadap pengidap autoimun di Indonesia.

"Indonesia sampai saat ini belum punya data pengidap autoimun. Tapi di Amerika sudah ada data, bahwa 20% dari total penduduk Negeri Paman Sam itu mengidap autoimun atau sekitar 50 juta jiwa. Untuk pengobatannya menghabiskan anggaran kesehatan negara cukup besar," kata Marisza.

Namun, ujar dia, pengidap pengidap autoimun di seluruh Indonesia yang telah Marisza Cardoba Foundation support, ada 5.000 orang. "Mereka berasal dari kalangan menengah ke bawah hingga atas. Random (acak). Penyakit ini bisa diidap oleh semua kalangan dan strata sosial," ujar dia.

Menurut Marisza, di Indonesia bisa jadi angka pengidap autoimun tidak jauh berbeda. Untuk menegakan diagnosa awal itu butuh biaya pemeriksaan cukup mahal. Relatif tidak bisa disentuh oleh masyarakat menengah ke bawah.

"Pemeriksaan awal saja sudah Rp1,9 juta dan tidak ditanggung BPJS (Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Kesehatan). Kalau mau pemeriksaan sampai tuntas, biayanya bisa mencapai Rp10 juta. Itu yang kami suarakan melalui gerakan ini sehingga topik autoimun ini semakin mengemuka dan kami jadi punya kekuatan untuk bisa mendorong BPJS Kesehatan menggratiskan diagnosa awal terhadap pengidap autoimun," ujar dia.

Co-founder dan Direktur Firda Athira Foundation Firda Athira Azis mengatakan, Firda Athira Foundation bersedia terlibat dalam kegiatan ini, karena sebagai generasi milenial atau langgas harus berpikir untuk ikut andil dan peduli terhadap penyakit autoimun.

Apalagi penyakit autoimun sebagian besar penderitanya adalah perempuan dan anak-anak. Kegiatan ini sesuai visi misi Firda Athira Foundation, yaitu untuk anak-anak marginal.

"Saya melihat dukungan pemerintah terhadap para pengidap autoimun masih rendah. Sebab pendataan jumlah pengidap autoimun saja belum ada ya. Dengan kegiatan ini saya harap BPJS Kesehatan bisa meng-cover atau menggratiskan biaya diagnosa awal bagi pengidap autoimun yang mencapai Rp1,9 juta," kata Firda.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.2085 seconds (0.1#10.140)