Kemarau, Petani Padi di Cirebon Banting Setir Cetak Batu Bata
A
A
A
CIREBON - Sebagian petani di Desa Slangit, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, banting setir mencetak batu bata dengan bahan tanah dari sawah-sawahnya yang mengering akibat kemarau.
Aktivitas tersebut sudah berlangsung sejak sebulan terakhir. Para petani terpaksa banting setir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akibat sawah mereka gagal panen dan tak bisa ditanami karena kemarau.
"Kami terpaksa banting setir karena sawah kami tidak bisa ditanami, agar kebutuhan hidup tetap terpenuhi," ujar salah seorang petani, Ramadh di sela-sela aktivitasnya mencetak batu bata, Minggu (21/7/2019) pagi.
Menurut Ramadh, pembuatan batu bata diawali dengan mengumpulkan tanah sawah yang mengering kemudian diaduk dengan abu kayu dan bahan lainnya. Proses pencetakannya sendiri berlangsung pagi hingga siang, saat matahari terik, untuk mempercepat pengeringan.
"Mencetak batu bata adalah salah satu pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan hidup, hasilnya pun setara dengan menggarap sawah," katanya.
Ramadh melanjutkan, dalam sehari, petani mampu menghasilkan seribuan batu bata berkualitas baik. Setelah dicetak dan dikumpulkan, batu bata tersebut kemudian dibakar dengan sistem oven dengan bahan bakar kulit padi selama satu hari satu malam.
"Bata ini kami pasaran ke Cirebon, Indramayu, Majalengka, hingga Kuningan dengan harga satuan Rp800-Rp1.000," tandasnya.
Aktivitas tersebut sudah berlangsung sejak sebulan terakhir. Para petani terpaksa banting setir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akibat sawah mereka gagal panen dan tak bisa ditanami karena kemarau.
"Kami terpaksa banting setir karena sawah kami tidak bisa ditanami, agar kebutuhan hidup tetap terpenuhi," ujar salah seorang petani, Ramadh di sela-sela aktivitasnya mencetak batu bata, Minggu (21/7/2019) pagi.
Menurut Ramadh, pembuatan batu bata diawali dengan mengumpulkan tanah sawah yang mengering kemudian diaduk dengan abu kayu dan bahan lainnya. Proses pencetakannya sendiri berlangsung pagi hingga siang, saat matahari terik, untuk mempercepat pengeringan.
"Mencetak batu bata adalah salah satu pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan hidup, hasilnya pun setara dengan menggarap sawah," katanya.
Ramadh melanjutkan, dalam sehari, petani mampu menghasilkan seribuan batu bata berkualitas baik. Setelah dicetak dan dikumpulkan, batu bata tersebut kemudian dibakar dengan sistem oven dengan bahan bakar kulit padi selama satu hari satu malam.
"Bata ini kami pasaran ke Cirebon, Indramayu, Majalengka, hingga Kuningan dengan harga satuan Rp800-Rp1.000," tandasnya.
(abs)