Cerita tentang Harta Karun Belanda Membuat Kampung Tangkolak Populer

Senin, 15 Juli 2019 - 13:16 WIB
Cerita tentang Harta Karun Belanda Membuat Kampung Tangkolak Populer
Perairan Tangkolak saat ini menjadi destinasi wisata setelah ditemukannya bangkai kapal Belanda. Foto/Istimewa
A A A
KARAWANG - Nama Kampung Tangkolak di Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat saat ini mulai dikenal masyarakat Karawang dan sekitarnya. Populernya Kampung Tangkolak, yang merupakan pantai perairan Laut Jawa, bukan tanpa sebab.

Di sekitar perairan Tangkolak itu mendadak jadi tempat destinasi wisata yang sangat indah dengan terumbu karang dan biota laut yang ada di dalam perairan tersebut. Yang lebih menarik yaitu adanya bangkai kapal di dalam laut yang saat ini ditetapkan sebagai museum bawah laut BMKT (benda muatan kapal tenggelam) dan menjadi bagian dari pengembangan wisata bahari terpadu.

Menurut Kepala Desa Sukakerta Buchori, masyarakat desa setempat sebelumnya tidak mengetahui jika di sekitar Kampung Tangkolak terdapat harta karun peninggalan Belanda. Masyarakat baru mengetahui setelah banyak nelayan setempat yang menemukan benda-benda aneh seperti koin berciri Eropa, meriam, guci, dan keramik yang banyak tersebar di sekitar perairan Tangkolak. Berdasarkan penemuan masyarakat itu, pihaknya melaporkan kejadian penemuan benda-benda bersejarah ini kepada pemerintah.

"Sudah banyak yang datang dari Jakarta dan meneliti benda-benda yang ditemukan masyarakat. Kesimpulan dari penelitian itu membenarkan jika benda-benda yang ditemukan masyarakat itu merupakan peninggalan zaman Belanda," kata Buchori.

Buchori mengatakan, berdasarkan cerita dari mulut ke mulut itu diketahui bahwa benda-benda sejarah yang ditemukan masyarakat itu berasal dari kapal-kapal Belanda yang melintas di perairan Tangkolak saat zaman penjajahan Belanda. Perairan Tangkolak saat itu disebut sebagai kuburan bagi kapal-kapal Belanda karena lautnya dikenal ganas dengan ombak tinggi.

Saat itu banyak kapal Kongsi Dagang Belanda milik perusahaan Hindia Timur yang tenggelam akibat cuaca buruk. "Kebanyakan tenggelamnya kapal Belanda itu konon akibat cuaca buruk, bukan karena ada serangan dari pihak musuh," ujarnya.

Menurut Buchori ada satu bangkai kapal Belanda yang tenggelam ratusan tahun lalu ditemukan masyarakat Desa Tangkolak di sekitar perairan Tangkolak. Kapal Belanda tersebut membawa sejumlah koin, lima buah meriam, dan satu jangkar abad ke-18. Konon, berdasarkan penelitian, uang koin tersebut digunakan untuk pembayaran upah tanam paksa di wilayah Karawang, Subang, dan Priangan (Bandung, Sumedang, Tasikmalaya). "Banyak juga pecahan keramik yang bercirikan Eropa yang banyak dikumpulkan masyarakat," katanya.

Buchori mengatakan, bangkai kapal beserta muatannya saat ini tidak boleh diambil oleh masyarakat. Bangkai kapal itu sudah menjadi tujuan wisata laut untuk snorkeling dan diving. Dengan jarak 30 kilometer dari pantai Tangkolak, masyarakat bisa melihat langsung bangkai kapal yang tenggelam ratusan tahun yang lalu.

Ada sebanyak enam titik yang bisa dinikmati masyarakat untuk snorkeling atau diving yaitu di Karang Sedulang Besar, Karang Sedulang Kecil, Pulau Pasir, Karang Kapal, dan Karang Bui.

"Kita sekarang lebih fokus untuk wisata bahari, sementara untuk kapal Belanda tidak boleh diganggu lagi, biar masyarakat bisa melihat langsung peninggalan sejarah," ujarnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1754 seconds (0.1#10.140)