Diskanlut Sebut Tengkulak Penyebab Harga Garam Petani di Jabar Anjlok

Rabu, 10 Juli 2019 - 22:10 WIB
Diskanlut Sebut Tengkulak Penyebab Harga Garam Petani di Jabar Anjlok
Petani di Desa Rawa Urip, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon tengah memanen garam. Foto/INewsTV/Dok
A A A
BANDUNG - Anjloknya harga garam di tingkat petani di wilayah Jawa Barat disinyalir akibat ulah tengkulak yang memainkan harga di bawah harga pasaran yang telah ditentukan.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) Jabar Jafar Ismail mengungkapkan, berdasarkan hasil penelusuran pihaknya, perusahaan produsen garam sebenarnya membeli garam dengan harga standar, yakni Rp1.500 perkilogram.

Namun, kata Jafar, para petani garam malah menjual garamnya kepada para tengkulak dengan harga yang jauh dari harga standar, mulai dari Rp300 hingga Rp700 per kilogram sesuai kualitas yang membuat para petani garam di Jabar menjerit.

"Padahal, harga eceran garam terendah pun Rp1.000 per kilogram. Artinya, perusahaan produsen garam masih membeli garam petani dengan harga cukup tinggi," ungkap Jafar di Bandung, Rabu (10/7/2019).

Diakui Jafar, petani garam di Jabar umumnya terpaksa menjual garamnya kepada tengkulak. Pasalnya, mereka kerap meminjam uang kepada tengkulak saat masa panen garam belum tiba.

Akibatnya, saat musim panen garam tiba, para petani garam tersebut terpaksa menjual garamnya kepada tengkulak untuk meringankan beban utangnya dengan harga garam yang ditentukan tengkulak.

"Apalagi, selama ini, perusahaan pun sulit membeli garam langsung dari petani karena selalu dicegah tengkulak," jelasnya.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, lanjut Jafar, pihaknya berjanji segera mencarikan solusi agar para petani garam di Jabar tak lagi meminjam uang kepada tengkulak, sehingga harga garam tak lagi dimainkan tengkulak.

"Mungkin dengan pola pembentukan koperasi yang sehat, sehingga ketika petani butuh uang bisa pinjam melalui koperasi ini. Itu salah satu solusi yang akan ditawarkan oleh kami pada petani garam," sebutnya.

Jafar juga mengatakan, selain ulah tengkulak, memang ada penyebab lain yang mengakibatkan harga garam di Jabar rusak, yakni masuknya garam industri ke pasaran. Padahal, kata Jafar, garam industri tersebut berkualitas paling rendah.

"Mungkin karena murah maka dilahap oleh pasaran, padahal itu tidak boleh karena kulitasnya jelek," imbuhnya.

Ke depan, Diskanlut Jabar juga akan berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan Jabar untuk mengatur pola pemasaran garam.

"Memang untuk jalur penjualan itu ranah Dinas Perdagangan, kami hanya berwenang mengawasi di tingkat petani," katanya.

Lebih jauh Jafar mengatakan, produksi garam di Jabar kini melimpah. Berdasarkan catatan Diskanlut Jabar, stok garam tahun 2018 sebanyak 37 ton pun masih tersimpan di gudang dan belum terjual.

"Sedangkan produksi hingga Juli ini sekitar 2.000 ton dan akan terus bertambah karena memasuki puncak panen di bulan Agustus dan September nanti," katanya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1744 seconds (0.1#10.140)