Vertical Farming, Solusi Tepat Bertani di Lahan Sempit

Selasa, 09 Juli 2019 - 05:34 WIB
Vertical Farming, Solusi Tepat Bertani di Lahan Sempit
Dosen Surya University Firman Zulfikar mengenalkan teknik vertical farming kepada masyarakat Desa Lengkong Kulon, Kabupaten Tangerang, Banten. Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Teknik vertical farming dinilai sebagai solusi tepat bertani di lahan sempit di tengah maraknya alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan, bahkan industri.

Universitas Surya atau Surya University sebagai salah satu perguruan tinggi swasta di bawah naungan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) IV yang meliputi wilayah Jawa Barat dan Banten pun mencoba mengenalkan teknik bercocok tanam tersebut kepada masyarakat umum.

Peneliti green economy yang juga Dosen Faculty of Green Economy anda Digital Communication Universitas Surya Firman Zulfikar mengatakan, sebagai universitas berbasis riset, Universitas Surya concern mengenalkan berbagai inovasi, salah satunya inovasi vertical farming ini.

"Sistem pertanian ini sangat cocok untuk diterapkan di lahan-lahan yang sempit, seperti di pekarangan rumah," ujar Firman melalui keterangan tertulisnya.

Firman menjelaskan, vertical farming merupakan sistem pertanian yang disusun secara vertikal atau bertingkat, bisa juga terintegrasi dengan struktur lain dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar seperti bambu, paralon, maupun botol plastik bekas.

Selain efisien, menurut Firman, vertical farming dengan memanfaatkan botol plastik bekas juga berpotensi mengurangi pencemaran sampah dan dapat meningkatkan upaya penghijauan lingkungan sekitar serta memberikan nilai estetika.

Firman melanjutkan, sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat, pihaknya juga sudah menggelar edukasi dan pelatihan vertical farming ini kepada masyarakat Desa Lengkong Kulon, Kabupaten Tangerang yang sebagian besar wilayah pertaniannya kini berubah menjadi kawasan bisnis dan perumahan.

Kegiatan yang digelar pada Sabtu (6/7/2019) hingga Minggu (7/7/2019) itu melibatkan sedikitnya 30 peserta yang berasal dari komunitas petani, Karang Taruna, PKK hingga kader Posyandu.

Menurut dia, kegiatan yang didukung Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tersebut berhasil membangkitkan minat dan antusiasme peserta untuk kembali bercocok tanam, meskipun dengan lahan yang terbatas.

"Kami berharap, teknik pertanian ini dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizinya secara mandiri, terutama yang berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan, sehingga dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga," tandasnya.

Sementara itu, salah satu peserta kegiatan pelatihan Fachri mengaku, pelatihan vertical farming ini sejalan dengan kegiatan komunitasnya yang menggagas teknik pertanian berbasis air (hidrofarm).

"Kami sangat senang mendapatkan pelatihan ini karena dapat kami integrasikan dengan sistem hidroponik yang sudah kami buat," katanya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6675 seconds (0.1#10.140)