Ketum PP Muhammadiyah Sebut Politik Partisan 01 dan 02 Sudah Berakhir

Jum'at, 28 Juni 2019 - 10:12 WIB
Ketum PP Muhammadiyah Sebut Politik Partisan 01 dan 02 Sudah Berakhir
Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah. Foto/SINDOnews/Dzikry Subhanie
A A A
JAKARTA - PP Muhammadiyah mengganggap putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa Pilpres 2019 telah menjadi rujukan konstitusional bagi para pihak yang bersengketa dalam pilpres dan juga bagi segenap komponen bangsa. Politik partisan 01 dan 02 dinilai sudah berakhir.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno pun menghormati putusan tersebut. Sehingga hal ini menunjukkan kedewasaan dan kenegarawanan politik sebagai modal berharga dalam kehidupan kebangsaan.

"Karenanya diucapkan selamat kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf atas terpilihnya sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI 2019-2024. Selamat pula kepada Prabowo-Sandi yang menunjukkan sikap legowo menjadi contoh bagi keteladanan politik bangsa," tutur Haedar dalam keterangan tertulisnya, Jumat (28/6/2019).

Haedar menuturkan, tugas dan tantangan bersama bangsa Indonesia saat ini dan ke depan sangatlah berat di berbagai bidang kehidupan yang memerlukan tekad kesungguhan politik yang tinggi bagi pemegang mandat rakyat lebih dari kemenangan itu sendiri. Indonesia juga memerlukan kebersamaan dari seluruh kekuatan nasional.

Karenanya, lanjut Haedar, politik partisan 01 dan 02 sudah berakhir serta tidak perlu diperpanjang dalam isu dan kepentingan apa pun, yang ada adalah satu keluarga besar Indonesia.

Dia berharap, Presiden dan Wakil Presiden untuk semua dan bukan untuk satu golongan pemilih dan pendukungnya saja, sehingga harus mengayomi dan menjadi pemimpin seluruh rakyat Indonesia.

Kata Haedar, pascaputusan MK hendaknya seluruh rakyat dan kekuatan bangsa melangkah bersama meraih masa depan Indonesia berkemajuan guna menyelesaikan masalah-masalah besar bangsa guna mewujudkan cita-cita nasional yang kian berat dan penuh tantangan.

Dia mengimbau kepada semua pihak, agar tidak perlu euforia dalam kemenangan karena masalah dan tantangan Indonesia sangatlah berat dan kompleks. Jauhi pula keterbelahan bangsa akibat sikap politik yang negatif dan ekses dari pemilu.

"Jangan sampai Indonesia terkapling-kapling dalam primordialisme dan pengkutuban politik, agama, dan golongan yang menyebabkan lemahnya persatuan Indonesia," ucapnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0446 seconds (0.1#10.140)