Ridwan Kamil Sebut Bulan Syawal Momentum Tepat Lupakan Perbedaan Duniawi

Selasa, 11 Juni 2019 - 15:08 WIB
Ridwan Kamil Sebut Bulan Syawal Momentum Tepat Lupakan Perbedaan Duniawi
Gubernur Jabar Ridwan Kamil duduk berdampingan dengan mantan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan dalam halalbihalal dan silaturahmi di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (11/6/2019). Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, Bulan Syawal menjadi waktu yang paling tepat untuk meningkatkan spiritualitas serta merekatkan persaudaraan antara sesama umat manusia. Karena itu, di bulan yang mulia ini, Gubernur yang akrab disapa Emil itu mengimbau kepada seluruh masyarakat Jabar untuk melupakan segala bentuk perbedaan yang sifatnya duniawi.

"Jadi, di Bulan Syawal ini lupakan perbedaan-perbedaan duniawi. Kita cari kesamaan spiritualitas yang menjadikan kita muslim dan mukmin yang baik," ungkap Emil dalam Halalbihalal dan Silaturahmi Idul Fitri 1440 Hijriah di Halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (11/6/2019).

Selain seluruh unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dan bupati/wali kota se-Jabar, halalbihalal juga dihadiri mantan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan dan istri serta penjabat (Pj) Gubernur Jabar periode 2018 Mochamad Iriawan.

"Alhamdulilah Pak Aher (Ahmad Heryawan) hadir, Bu Neti bahkan bernyanyi tadi ya, memberi perhormatan. Pak Iwan selaku dulu Pj juga bersama sama. Yang lain-lain hadir, para wali kota, bupati ramai juga," ujarnya.

Menurut Emil, kehadiran mereka pada kegiatan ini menandakan semangat persatuan dan menjadi pesan untuk menghindari sikap mencari perbedaan, melainkan persamaan sebagai alasan bersilaturahmi dan menguatkan tali ukhuwah.

Emil pun menyebut, pesan utama dan terpenting dalam halalbihalal dan silaturahmi tersebut adalah persatuan. Melupakan perbedaan dan fokus mencari persamaan, kata dia, adalah kunci untuk bersatu dan saling menguatkan. "Jangan suka hobi mencari perbedaan karena pasti ketemu, carilah persamaan untuk menguatkan ukhuwah," tuturnya.

Jika dilihat secara sosiologis, lanjut Emil, pada Bulan Ramadhan dan Syawal setiap individu seharusnya bisa 'naik kelas'. Dengan kata lain, kualitas hidup individu mesti lebih baik karena telah mampu melewati ujian, khususnya di Bulan Ramadhan.

Selain itu, Emil juga meminta kepada media untuk menyebarkan informasi-informasi menyejukkan yang dapat mendongkrak motivasi masyarakat dalam merawat persatuan dan kondusivitas di Jabar.

"Tinggal saya titip ke media di Bulan Syawal ini beritakan hal-hal yang menyejukkan. Karena pasti ada tensi politik belum selesai, khususnya di Jabar kita jaga," tandas Emil.

Sementara itu, penceramah kondang asal Kabupaten Garut Jujun Junaedi mengamini apa yang diungkapkan Emil. Bahkan, dia menyebut Syawal sebagai momentum yang tepat untuk memperbaiki kualitas diri. Apalagi, kata dia, umat telah melalui ujian pengendalian diri selama satu bulan penuh di Bulan Ramadhan.

"Jangan puasa 'ayakan', cuma puasa makan minum, tapi diri tidak ada perubahan. Cuma ganti casing, cuma pakai baju baru, sudah. Kita harus seperti kupu-kupu, yang asalnya tidak disukai saat menjadi ulat, namun setelah berubah menjadi kupu-kupu, jadi sesuatu yang disukai," jelas Jujun.

Karena itu, Jujun mengajak semua umat untuk produktif dalam kebaikan. Sebab, kata dia, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Dia pun meminta semua umat menjaga perbedaan dengan menjunjung tinggi toleransi.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6212 seconds (0.1#10.140)