Ke Sumedang, Cicipi Camilan Manis dan Legit Ubi Cilembu

Jum'at, 07 Juni 2019 - 20:11 WIB
Ke Sumedang, Cicipi Camilan Manis dan Legit Ubi Cilembu
Ubi cilembu, khas Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang. Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
SUMEDANG - Siapa yang tak kenal ubi cilembu. Rasanya yang manis dan legit membuat penganan khas Sumedang itu dikenal luas, bahkan kini diekspor ke luar negeri.

Sekilas, tampilan ubi cilembu tak ubahnya ubi biasa. Bedanya, ubi cilembu biasa disajikan dengan cara dikukus atau dibakar. Selain mengeluarkan wangi khas, ubi cilembu pun mengeluarkan cairan seperti karamel setelah dikukus atau dibakar matang.

Setelah dikukus atau dibakar hingga empuk, bagian dagingnya yang berwarna kuning cerah dan basah itu akan tampak ketika dibelah. Serat ubi cilembu pun terlihat lebih jelas ketimbang ubi biasa. Rasa manis dan legit ubi cilembu akan lebih kentara saat dinikmati dalam keadaan masih panas atau hangat kuku.

Para pemudik dan pengguna jalan yang melintasi jalur Bandung-Cirebon, khususnya di kawasan Cadas Pangeran, Kabupaten Sumedang, akan mudah menemui ubi cilembu yang banyak dijajakan di kios-kios kecil. Biasanya, kios-kios itu banyak disinggahi pemudik yang hendak beristirahat sambil menikmati ubi cilembu dan segelas kopi.

"Alhamdulillah, banyak yang mudik berhenti di sini sambil pesan ubi cilembu dan kopi," ujar Apan, pemilik kios ubi Cilembu Don Boy di Cadas Pangeran, Kabupaten Sumedang, Kamis (7/6/2019).

Selain dinikmati langsung di kiosnya yang kebetulan menyuguhkan panorama lembah Cadas Pangeran, lanjut Apan, banyak juga pemudik yang membeli ubi cilembu untuk dibawa sebagai buah tangan.

Menurut dia, ubi cilembu untuk oleh-oleh itu biasanya dibeli dalam kondisi setengah matang. "Sampai di rumah, ubi cilembu yang belum matang itu bisa dikukus atau dibakar, bisa juga pakai oven atau mirowave," sebutnya.

Pada musim mudik Lebaran tahun ini, Apan pun mengaku bersyukur karena ubi cilembu yang dijualnya cukup laris. Dalam sehari, kata Apan, dia bisa menjual hingga lebih dari 30 kilogram.

Setiap kilogram ubi cilembu yang dijualnya dihargai Rp18.000. "Alhamdulillah, yang beli ubi cukup ramai, semoga terus ramai sampai musim mudik selesai," harapnya.

Apan menambahkan, ubi cilembu tak pernah kehilangan pamornya meski kini banyak bermunculan panganan khas Sumedang lainnya. Cita rasa yang manis dan legit itulah yang menurutnya menjadi andalan ubi cilembu.

"Meski bentuknya kaya ubi biasa, rasa ubi cilembu itu belum ada yang bisa nandingin, makanya ubi cilembu tetap banyak diburu orang, bahkan sekarang banyak yang diekspor," tuturnya.

Diketahui, ubi cilembu merupakan produk pertanian andalan Kabupaten Sumedang. Kultivar ubi jalar ras lokal tersebut dibudidayakan khusus di Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang.

Ubi cilembu terbilang istimewa karena rasa manisnya akan berbeda jika ditanam di tempat lain, selain di cilembu. Ubi cilembu sendiri mulai populer di kalangan konsumen sejak 1990-an. Selain memiliki keistimewaan dalam soal rasa, ubi cilembu juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Belakangan, hasil penelitian seorang doktor dari ITB mengungkap bahwa rasa manis khas ubi cilembu karena peran bakteri rhizosfer dan indofit.

Namun, hingga kini, belum ada daerah lain yang mampu menghasilkan ubi bernama latin Ipomoea batatas atau 'cilembu' itu dengan rasa khas ubi cilembu seperti yang ditanam di Desa Cilembu.

Pemkab Sumedang sendiri terus berupaya menggenjot produksi ubi cilembu, khususnya ubi cilembu untuk komoditas ekspor. Ubi cilembu yang diekspor memiliki kualitas nomor satu, baik dari segi tampilan maupun rasanya.

Berbagai promosi pun dilakukan Pemkab Sumedang agar ubi cilembu sebagai produk andalan Kabupaten Sumedang semakin dikenal luas. Bahkan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sendiri sempat menyatakan tekadnya untuk menjadikan ubi cilembu sebagai produk andalan yang mendunia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9326 seconds (0.1#10.140)