Matahari-Bulan Alami Konjungsi, Bosscha Tak Amati Hilal 1 Syawal

Senin, 03 Juni 2019 - 18:15 WIB
Matahari-Bulan Alami Konjungsi, Bosscha Tak Amati Hilal 1 Syawal
Observatorium Boscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Foto/SINDOnews/Dok
A A A
BANDUNG - Observatorium Bosscha di Lembang, Bandung Barat, tahun ini tak melakukan pengamatan posisi hilal untuk penentuan 1 Syawal 1440 Hijriah. Hal itu dikarenakan posisi bulan dan matahari mengalami konjungsi, sehingga sangat sulit dilihat dari Observatorium Bosscha.

Kepala Observatorium Bosscha ITB Premana Wardayanti Permadi dalam siaran persnya mengatakan, sebagai institusi pendidikan dan penelitian di bidang Astronomi, Observatorium Bosscha selalu melaksanakan kegiatan pengamatan bulan sabit muda setiap bulannya.

Begitupun pada awal bulan Juni 2019, di mana kalender akan memasuki peralihan dari Bulan Ramadhan ke Bulan Syawal 1440 H dalam sistem kalender Hijriyah. Namun untuk periode ini, Observatorium Bosscha tidak akan melaksanakan pengamatan hilal 1 Syawal 1440 H.

“Peralihan bulan pada kalender Hijriah akan ditandai dengan peristiwa ijtimak atau konjungsi. Konjungsi adalah peristiwa ketika matahari dan bulan berada pada satu garis ekliptika,” kata dia, Senin (3/6/2019).

Pada hari Senin 3 Juni 2019 atau 29 Ramadhan, konjungsi Matahari-Bulan terjadi pada pukul 17:01:56 WIB dan Matahari terbenam pada pukul 17:40:01 WIB.

Bulan sabit muda yang terbentuk setelah Matahari terbenam (hilal) memiliki perbedaan ketinggian dari Matahari sebesar 0o 6’ 13.9”, elongasi sebesar 2o 48’ 24.7” dan usia bulan sebesar 38 menit 4 detik.

“Hal tersebut mengakibatkan bulan terbenam hampir bersamaan dengan
terbenamnya Matahari. Berdasarkan parameter tersebut, hilal dipastikan akan amat sulit diamati di Observatorium Bosscha.

Sehingga Observatorium Bosscha memutuskan untuk tidak melakukan pengamatan hilal menjelang bulan Syawal 1440 H,” beber dia.

Observatorium Bosscha, kata dia, hanya menyampaikan hasil perhitungan, pengamatan, dan penelitian tentang hilal
kepada unit pemerintah. Masukan itu disampaikan kepada pihak yang berwenang jika diperlukan sebagai masukan untuk sidang itsbat.

Namun, untuk penentuan awal Ramadhan dan Syawal di Indonesia, dikembalikan kepada pemerintah Republik Indonesia melalui proses sidang isbat yang dipimpin Menteri Agama Lukuman Hakim Saifuddin.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.0620 seconds (0.1#10.140)