Kebangkitan Nasional Momentum Persatukan Bangsa

Senin, 20 Mei 2019 - 22:26 WIB
Kebangkitan Nasional Momentum Persatukan Bangsa
Panitia kegiatan Refleksi 111 Kebangkitan Nasional membentangkan bendera merah putih sepanjang 50 meter di Jalan Perintis Kemerdekaan. Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh hari ini, Senin 20 Mei 2019, harus menjadi momentum untuk mempersatukan kembali bangsa Indonesia yang sempat terpecah akibat perbedaan pandangan politik pasca-Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.

Harapan tersebut diwujudkan melalui kegiatan Refleksi 111 Tahun Kebangkitan Nasional yang dipusatkan di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung, Senin (20/5/2019) malam.

Ketua Pelaksana Kegiatan Furqan AMC mengatakan, pemilu merupakan jalan terbaik untuk merawat Indonesia. Oleh karenanya, kata Furqan, tidak seharusya pemilu memecah belah dan membuat peradaban mundur ke belakang.

"Sebaliknya, dengan pemilu, etape-etape kemajuan bangsa harus kita hela. Benih persatuan yang telah disemai generasi sebelumnya kita jaga, kita rawat, kita sirami dengan penuh cinta dan karya nyata," tutur Furqan di sela-sela kegiatan.

Furqan melanjutkan, pihaknya sepakat bahwa hajat demokrasi Pemilu 2019 sudah usai dengan tuntasnya pencoblosan yang digelar pada 17 April lalu. Soal penghitungan suara, hal itu diserahkan sepenuhnya kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU).

"Nanti sama-sama kita tunggu hasilnya. Kita tidak lagi bicara siapa yang menang siapa yang kalah. Yang menang adalah rakyat Indonesia," tegasnya.

Furqan melanjutkan, sebagai simbolisasi mempersatukan kembali bangsa Indoensia, pihaknya menggelar aksi menjahit bendera sepanjang 50 meter yang kemudian dibentangkan di sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung.

"Ada dua kain merah dan putih tadinya terpisah kemudian kita jahit bersama sebagai simbol persatuan di negara ini yang hari ini terlihat retak, tercerai. Saatnya dijahit kembali untuk menjadi merah putih menjadi Indonesia," katanya.

Kegiatan yang mengusung tema "Menjadi Indoensia (di) Nusantara" ini sengaja digelar di GIM. Pasalnya, kata Furqan, GIM merupakan salah satu saksi bisu saat rakyat Indonesia merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda.

"Di gedung ini (GIM) Presiden pertama Sukarno membacakan pledoi Indonesia Menggugat ketika dia disidang oleh Belanda karena ingin memerdekakan negeri ini. Jadi, hari ini kita berkumpul di sini, tidak terpisah dari sejarah-sejarah yang sebelumnya sudah digoreskan," ujar Furqan.

Kegiatan ini diikuti berbagai elemen masyarakat, seperti budayawan, seniman, aktivis, guru, hingga ibu rumah tangga. Selain menjahit bendera merah putih sepanjang 50 meter, digelar pula kegiatan lainnya seperti melukis bersama para perupa Bandung, refleksi kebangsaan, refleksi budaya, ekspresi syukur, hingga pembacaan puisi.

Dalam refleksi kebangsaan, pihaknya menghadirkan monolog Soekarno dan Wawan Sofwan. Sementara refleksi budaya dibawakan Mudji Sutrisno SJ dan Taufik Rahzen serta ekspresi syukur dibawakan oleh Ahda Imran, Hary Pochang, Keni Soeriatmadja, Syarief Maulana.

"Kita juga berdoa bersama mensyukuri Indonesia ini sebagai anugerah terindah," tandasnya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0472 seconds (0.1#10.140)