Sukarata, Sentra Ketupat di Purwakarta yang Semakin Melekat dan Merakyat

Minggu, 19 Mei 2019 - 15:18 WIB
Sukarata, Sentra Ketupat di Purwakarta yang Semakin Melekat dan Merakyat
Meskipun renta, Mak Tia tetap mengajarkan kepada anak cucunya cara membuat ketupat. Alhasil, Kampung Sukarata menjadi satu-satunya sentra ketupat di Purwakarta. Foto/SINDOnews/Asep Supiandi
A A A
PURWAKARTA - Ketupat menjadi sangat melekat bagi masyarakat menjelang Lebaran. Bagiamana tidak. Penganan yang terbuat dari beras pilihan, dibungkus dengan daun kelapa, dan direbus berjam-jam itu, seolah menjadi makanan wajib saat Lebaran tiba dan begitu merakyat.

Teman santap bersama opor ayam atau kuah kare plus sambal goreng kentang, enaknya luar biasa. Apalagi makannya ramai-ramai, ketupat seolah menjadi perekat antarsahabat dan simbol terlepasnya strata sosial dan golongan. Semua kepentingan seolah melebur menjadi satu, yakni menikmati ketupat dan sayur opor hingga suapan terakhir.

Terlepas dari itu semua, yang jelas bagi warga Purwakarta begitu mendengar ketupat, ingatannya langsung tertuju pada satu perkampungan padat penduduk di Kelurahan Ciseureuh.

Ya, itulah Kampung Sukarata, Kelurahan Ciseureuh, Kabupaten Purwakarta, sebuah perkampungan yang sejak puluhan tahun silam menjadi sentra ketupat di Purwakarta.

Hampir sebagian besar warga Sukarata berprofesi sebagai perajin ketupat. Setiap hari jari jemari tua muda dengan cekatan menganyam daun kelapa untuk dijadikan selongsong ketupat. Sebagian lagi sibuk merebus ketupat yang sudah diisi beras menggunakan kayu bakar hingga berjam-jam.

Hasil produksi rumahan warga Sukarata telah merambah ke semua penjuru Purwakarta, bahkan hingga ke Kabupaten tetangga. Rasanya yang khas menjadikan ketupat Sukarata banyak diminati orang.

Jaminan tidak mengandung bahan pengawet telah menambah pula kepercayaan konsumen untuk menjadi pemesan tetap setia pada ketupat ini.

Bagi para perajin setempat, pantang menggunakan bahan pengawet pada ketupat buatannya. Karena hal itu dinilai bisa merusak nama baik ketupat Sukarata yang sudah dibangun puluhan tahun.

“Ketupat kami bebas dari boraks atau formalin. Tak heran kekuatannya hanya tahan dua hari. Yang paling penting harga ketupat kami terbilang murah, antara Rp2.000-3.000/buah,” ungkap salah seorang perajin ketupat Sukarata, Ustaz Hadi kepada SINDOnews, Minggu (19/5/2015).

Tentu saja, terjadi lonjakan produksi menjelang Idul Fitri, akibat membludaknya pesanan. Bahkan dalam sehari, seorang perajin harus membuat sekitar 3.000 ketupat. Berbeda dengan hari-hari biasa yang hanya memproduksi 2.000 ketupat/hari.

“Alhamduillah Ramadhan atau Idu Fitri selalu membawa berkah kepada kami warga Sukarata. Adapun yang menjadi sentra produksi ketupat terdapat di RT 25 dan RT 20/RW 06 Kelurahan Cipaisan. Kampung Sukarata menjadi sentra ketupat sendiri merupakan jasa dari Mak Tia,” terang tokoh masyarakat setempat, Ujang Saepul Rohman.

Menurutn dia, Mak Tia yang pertama kali mengembangkan sentra ketupat Sukarata. Tokoh ini lah yang memulai kiprahnya mengembangkan ketupat sejak masih gadis pada 1915.

Hanya saja mulai berkembang dan dikenal sebagai sentra ketupat sekitar 1975. “Yang sekarang melanjutkan tradisi memproduksi ketupat ya anak cucu dari Mak Tia ini,” ujar dia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4002 seconds (0.1#10.140)