Bangun Toleransi, Perempuan Bandung Bersatu Buka Bersama Warga Manteos

Selasa, 14 Mei 2019 - 21:50 WIB
Bangun Toleransi, Perempuan Bandung Bersatu Buka Bersama Warga Manteos
Anggota PBB dan warga Kampung Manteos dalam acara Ngabuburit Asyik dan Buka Bersama di Kampung Manteos, Selasa (14/5/2019). Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - Komunitas Perempuan Bandung Bersatu (PBB) menjadikan bulan suci Ramadhan sebagai momentum untuk membangun toleransi antarumat beragama melalui acara Ngabuburit Asyik dan Buka Puasa Bersama dengan warga Kampung Manteos.

Kegiatan ini pun menjadi ajang untuk kembali menguatkan tali silaturahmi dan kebersamaan di antara warga Kampung Manteos dengan beragam latar belakangnya. Lewat kebersamaan yang kuat, warga Kampung Manteos diharapkan mampu membangun kampungnya menjadi lebih baik lagi.

"Karena ketika terjadi kerukunan dan kebersamaan, kita bisa membangun semua secara signifikan bersama-sama," ujar Ketua PBB Helvi Baskoro di sela-sela kegiatan di Kampung Manteos, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Selasa (14/5/2019).

Terlebih, lanjut Helvi, di tengah situasi bangsa yang sensitif seperti saat ini, warga dapat dengan mudah terprovokasi. Dengan kebersamaan, toleransi, dan kebhinekaan yang terus dibangun, warga akan paham bahwa mereka hidup bersama di bumi Indonesia.

"Kebersamaan kami bangun tidak hanya melalui kegiatan ini, kami juga melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan pendampingan kepada mereka supaya mereka menjadi lebih baik, bahkan memberikan dampak positif bagi warga kampung lainnya," paparnya.

Disinggung soal potensi Kampung Manteos, Helvi memaparkan, di kampung yang juga dikenal sebagai Kampung Seni itu banyak potensi yang dapat diberdayakan, mulai kuliner hingga kerajinan tangan. Bahkan, dengan menyandang predikat Kampung Seni, Kampung Manteos memiliki daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung.

"Apalagi, warga Kampung Manteos ini sangat terbuka, mereka membuka hati sehingga kami bisa bekerja sama. Bagi kami, warga Kampung Manteos ini seperti keluarga," katanya.

Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat Ki Agus Mubarokh yang turut hadir dalam kegiatan itu mengapresiasi upaya membangun toleransi yang dilakukan PBB. Terlebih, kata dia, bangsa Indonesia sudah sepakat menjadikan Pancasila sebagai perjanjian luhur dari pada founding father Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Meski ada letupan-letupan, tapi saya melihat Indonesia terus menuju ke arah yang lebih baik, termasuk di dalam membangun toleransi. Adapun letupan-letupan yang muncul, itu menjadi bagian pembelajaran bagi bangsa Indoensia," tuturnya.

Disinggung letupan-letupan yang mengemuka pasca-Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, Ki Agus pun menilainya sebagai pembelajaran, terutama pembelajaran demokrasi. Meski begitu, pihaknya berharap, letupan tersebut tidak semakin membesar, sehingga berdampak buruk terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Dalam sebuah kontestasi pesta demokrasi, wajar jika ada pihak yang ingin menang. Namun, tetap harus dikembalikan kepada nilai-nilai yang luhur. Kalau ada kecurangan kembalikan kepada lembaga berwenang, tapi kalau tidak harus menerima dengan legowo," ujarnya.

Dia yakin, ke depan, Indonesia akan menjadi contoh bagi bangsa lain untuk membangun kebersamaan rakyatnya. Terlebih, Indonesia dikenal sebagai negara dengan keragaman suku, budaya, dan adat istiadatnya.

"Aliran kepercayaan saja ada 480 kelompok di seluruh Indonesia, tentunya tidak bisa dikelola secara monolitik hanya dari satu ajaran. Kita sudah sepakat Pancasila menjadi acuan, itu acuan kita dalam berbagai hal," tandasnya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8783 seconds (0.1#10.140)