Dosen Solatun Sering Sebar Hoaks dan Fitnah di Medsos

Minggu, 12 Mei 2019 - 22:56 WIB
Dosen Solatun Sering Sebar Hoaks dan Fitnah di Medsos
Dirreskrimsus Polda Jabar Kombes Pol Samudi (tengah) saat ekspos kasus Solatun di Polda Jabar. Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Solatun Dulah Sayuti (56), dosen tidak tetap di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Bandung dan Palembang, yang diringkus anggota Ditreskrimsus Polda Jabar, telah sering mengunggah konten informasi sesat atau hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian di media sosial.

Unggahan Solatun sebagian besar menyerang pemerintah dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Fakta itu terungkap setelah Ditreskrimsus Polda Jabar melakukan penelusuran terhadap jejak digital Solatun di media sosial, terutama akun Facebook.

"Yang bersangkutan (Solatun) selalu menjadi provokator. Tapi baru sekarang dia diperiksa," kata Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) Polda Jabar Kombes Pol Samudi.

Samudi mengemukakan, sejumlah unggahan Solatun di akun Facebook memperlihatkan konten dari mulai hoaks tentang bom Surabaya hingga editan foto wajah Presiden Jokowi. Terakhir, Solatun mengunggah status soal people power yang bernada provokatif dan ujaran kebencian.

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko menambahkan, penyidik akan mendalami konten-konten hoaks dan ujaran kebencian yang diunggah oleh Solatun di media sosial. "Ada beberapa (konten), nanti kami inventarisir melalui proses penyidikan," kata Truno.

Terkait unggahan soal people power di FB, Solatun dijerat Pasal 14 ayat (1) dan Pasal 15 Undang-undang No 1 Tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana dengan ancaman hukuman 10 tahun bui. Tak menutup kemungkinan, pasal yang diterapkan bisa bertambah seperti pasal di Undang=undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Diketahui, Solatun diamankan polisi lantaran mengunggah kalimat provokatif terkait people power di akun Facebook-nya.

Kalimat provokatif yang diunggah Solatun, yakni, "HARGA NYAWA RAKYAT Jika People Power tidak dapat dielak: 1 orang rakyat ditembak oleh polisi harus dibayar dengan 10 orang polisi dibunuh mati menggunakan pisau dapur, golok, linggis, kapak, kunci roda mobil, siraman tiner cat berapi dan keluarga mereka' tulis SDS dalam akun Facebook-nya yang diunggah pada 9 Mei 2019.

Terkait peristiwa bom Surabaya beberapa waktu lalu, Solatun mengunggah foto tangkapan layar atau screenshot unggahan dari pemilik akun medsos lain dengan nama habibie_al.fatih. Foto tangkapan layar yang diunggah Solatun berisi kalimat :

"PERKEMBANGAN TERAKHIR KEL DITA (Pelaku bom bunuh diri gereja di Surabaya) DIJEBAK, DISURUH JADI KURIR BARANG DIKASIH DP 10 JUTA SISANYA 90 JUTA DIKASIH KLAU BOX SDAH DITERIMA. TERNYATA SUTRADARA MENGINTIP DI BELAKANG BAWA REMOTE CONTROLE...DAN BLUSHHHH...NYAWA MELAYANG. MEREKA DITIPU TERNYATA ISINYA BOM. SYA BERDUKA CITA ATAS SELURUH KORBAN BOM SURABAYA. MEREKA ORANG TAK BERDOSA YG DIKORBANKAN DEMI RAKUSNYA KEKUASAAN," begitu tulis Solatun dalam foto tangkapan layar yang diunggahnya di medsos.

Selain mengunggah tangkapan layar itu, Solatun juga menambahkan keterangan, "Masih adakah J.O.K.O.W.E.R.S yg mau nyangkal bahwa INTEL PEMERINTAH JOKOWI YG BIKIN TEROR SURABAYA???," tulis Solatun.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9162 seconds (0.1#10.140)