Pengakuan Dosen di Bandung yang Mengunggah Status soal People Power

Jum'at, 10 Mei 2019 - 16:28 WIB
Pengakuan Dosen di Bandung yang Mengunggah Status soal People Power
Solatun Dulah Sayuti (memakai baju tahanan) terancam hukuman 10 tahun penjara lantaran mengunggah kalimat bernada ujaran kebencian dan provokasi terkait aksi people power di media sosial Facebook. Foto/SINDOnews/Agus Warsudi
A A A
BANDUNG - Tersangka Solatun Dulah Sayuti (56) tak menyangka unggahan status di media sosial Facebook memaksanya berurusan dengan polisi dan terancam hukuman 10 tahun penjara. Solatun beralasan hanya iseng memposting status tentang people power yang dianggap polisi mengandung unsur ujaran kebencian dan memprovokasi masyarakat.

Saat ekspose di Gedung Ditreskrimsus Polda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Jumat (10/5/2019), tersangka Solatun beralasan unggahan itu justru bertujuan mengingatkan agar tak terjadi aksi people power.

"Jadi tujuannya mengingatkan agar tidak terjadi people power. Namun kontennya saya akui beda dari maksud tujuan saya. Saya khawatir dan takut polisi bentrok sama rakyat. Jangan sampai ini terjadi. Nggak mungkin saya membiarkan membenturkan people power," kata Solatun.

Solatun mengemukakan, info tentang bakal ada aksi people power didapat dari dua tulisan di grup WhatsApp 'PejuangPersatuanIndonesia'. "Ada videonya juga. Saya tidak merasa melakukan apa pun, tapi saya siap dengan hukuman apa pun. Ini kesalahan saya. Saya mengaku salah dalam hal ini dan meminta maaf," ujar tersangka.

Dosen pascasarjana sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Bandung ini mengaku tak bermaksud memprovokasi adu domba di medsos. "Saya kalau ngajar selalu minta mahasiswa saya cek dan ricek di medsos. Saya tidak melakukan itu," tutur Solatun.

Dirreskrimsus Polda Jabar Kombes Pol Samudi menyatakan, motif pelaku mengunggah status provokatif di Facebook karena iseng. "Pengakuannya iseng aja. Namun kami akan dalami," tutur Samudi.

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengimbau masyarakat untuk tidak percaya terhadap, informasi sesat atau hoaks dan ujaran kebencian yang marak beredar di media sosial. "Warga Jabar harus menghindari hoaks, ujaran kebencian, dan sebagainya. Gunakanlah gadget dengan baik dan bijak. Jangan termakan isu," kata Truno.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0968 seconds (0.1#10.140)