11 Tahun Tak Luncurkan Album, PHB Diseret ke Pengadilan Musik

Minggu, 28 April 2019 - 14:22 WIB
11 Tahun Tak Luncurkan Album, PHB Diseret ke Pengadilan Musik
Personel PHB saat tampil di Pengadilan Musik Djarum Coklat Dot Com (DCDC) di Kantin Nasion Rumah The Panas Dalam, Jalan Ambon Nomor 8A, Kota Bandung. Foto/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Setelah 11 tahun bak mati suri, grup orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB) kembali ke dunia musik. PHB meluncurkan album baru Tua-Tua Keledai.

Kehadiran grup orkes yang lahir dari kampus Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) saat ini bernama ISBI, menarik perhatian Pengadilan Musik Djarum Coklat Dot Com (DCDC) yang eksis membedah karya seni indie.

Lima personel PHB, yaitu Yoga (Gendang), Adil (gitar), Nedi (vokal), Alam (gitar), dan Ivan (bass) diseret ke Pengadilan Musik di Kantin Nasion Rumah The Panas Dalam, Jalan Ambon Nomor 8A, Bandung, akhir pekan kemarin.

Mereka diadili oleh dua Jaksa Penuntut, yaitu Budi Dalton dan Pidi Baiq. Kursi Pembela ditempati oleh Eben (Burgerkill) dan Ruly Cikapundung. Pengadilan dipimpin oleh seorang Hakim yaitu Man (Jasad) dan jalannya persidangan diatur oleh Eddi Brokoli sebagai Panitera.

Pengadilan yang dikemas bodor namun informatif, cukup menarik perhatian pengunjung yang memenuhi tempat acara. PHB yang awalnya menyandang predikat sebagai terdakwa, akhirnya berhasil meyakinkan hakim bahwa karyanya layak dinikmati masyarakat.

“Sebenarnya, lagu-lagu dari album ini diciptakan beberapa tahun lalu. Tapi baru dikemas menjadi album di 2019 ini. Inspirasinya spontan, karena ide itu muncul selalu spontanitas, didasarkan peristiwa di masyarakat. Misalnya soal kenaikan BBM beberapa tahun lalu,” kata Nedi.

Dia mengaku, banyak keistimewaan dari albumnya kali ini. Misalnya, salah satu lagi berjudul CLG dibuat untuk membawa masyarakat mempersepsikan sendiri tentang maka CLG. “Kami beri singkatan CLG adalah curiga lihat ganderwo atau cologog. Tapi kalau mau diartikan lain, terserah,” kata dia.

Keunikan lainnya adalah video klip yang cukup unik. Di mana, PHB kali ini tidak menggunakan manusia sebagai objek video. Grup orkes ini memilih menggunakan animasi yang dibuat penuh arti. Lagu CLG pun terbilang cukup unik, menggabungkan berbagai genre musik, sehingga enak didengar.

Diketahui, semenjak berdiri, band orkes asal Bandung ini telah merilis tiga album, yaitu Orkesnisasi, Say No To Drum, dan Modal Dengkul.

Sebelas tahun tak terdengar dalam proses cipta karya, akhirnya di tanggal 2 April 2019 mereka meluncurkan album terbaru mereka berjudul Tua-Tua Keledai dengan kemasan yang unik.

Dalam album keempat tersebut, mereka turut menyertakan kopi dan perlengkapan lainnya, seperti tutup galon dan karet pengaman untuk tabung gas tiga liter, sendok plastik dan lain-lain.

Di album ini, mereka berkolaborasi dengan Vio Sundamanik dan Roysul, serta diiringi oleh ukulele dari Iman Sumargono. Orkes PHB mengharapkan kehadiran album baru ini dapat menjadi pelepas rindu penggemarnya setelah sekian lama vakum.

Meskipun usianya telah menginjak dua dekade, Orkes PHB tampaknya tetap bisa mempertahankan eksistensi mereka melalui karya. Melalui keunikan dan kreativitas yang disodorkan kepada para pendengar dan konsistensi mereka bersama musik orkes di tengah gempuran perubahan tren musik, karya mereka akan selalu muncul dan menjadi bagian dari hidup para penggemarnya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0704 seconds (0.1#10.140)