Hari Kesiapsiagaan Bencana Bukanlah Seremoni

Jum'at, 26 April 2019 - 10:12 WIB
Hari Kesiapsiagaan Bencana Bukanlah Seremoni
Foto/Istimewa/BNPB
A A A
BANDUNG - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendorong gerakan kepada individu, keluarga, maupun komunitas untuk siap menghadapi bencana. Langkah ini dimulai sejak 2017 lalu dengan penyelenggaraan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) yang jatuh setiap tanggal 26 April.

HKB bukanlah seremoni, tetapi upaya konkret untuk mengubah perilaku untuk membangun kesiapsiagaan diri, keluarga, dan komunitas. Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan bahwa HKB mengedepankan aksi nyata seperti pemeriksaan keberadaan dan keberfungsian kelengkapan sarana dan prasarana keselamatan, seperti adanya rambu dan jalur evakuasi yang aman serta titik kumpul, tersedianya alat pemadam api, manajemen keselamatan bangunan-bangunan bertingkat, dan sebagainya.

"Juga melatih evakuasi dengan tenang dan tidak panik merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi ancaman bencana," ujar Doni dalam latihan HKB pada Jumat (26/4/2019) yang berlangsung di Sesko TNI AU, Lembang, Jawa Barat, seperti tertuang dalam rilis yang dikirimkan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) merupakan kesempatan berharga yang melibatkan semua pihak untuk melakukan latihan penanggulangan bencana. Upaya tersebut juga bisa diawali dengan langkah yang sangat sederhana dalam lingkup keluarga, misal mengidentifikasi lingkungan sekitar terhadap ancaman bahaya atau memperkirakan akses evakuasi dilihat dari sekat di dalam rumah.

Melalui latihan, BNPB mengharapkan masyarakat dapat mengasah naluri untuk dapat bertahan hidup. Hal tersebut diusung pada HKB dengan slogan 'Siap Untuk Selamat.' Latihan tersebut harus dimulai dari diri sendiri, keluarga dan komunitas.

Menurut Doni, pendidikan paling dini wajib dilakukan mulai dari rumah. Untuk itu, peran ibu dan perempuan menjadi sangat penting. Menyadari hal tersebut, pada tahun 2019 ini dipilih tema 'Perempuan Sebagai Guru Kesiapsiagaan dan Rumah Sebagai Sekolahnya'.

"Selain pentingnya pendidikan dini, perempuan dan ibu dipilih karena memiliki sifat melindungi, aktif dalam kelompok sosial dan komunitas, dan juga merupakan sosok pembelajar," kata Doni.

Pada sambutan pembukaan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, "Pada Hari Kesiapsiagaan Bencana ini, kita harus jadi masyarakat yang paling siap, masyarakat yang paling tangguh dalam menghadapi kebencanaan."

Sementara itu, selama ini perempuan termasuk salah satu kelompok yang paling banyak menjadi korban bencana karena kurang pemahamannya akan risiko dan besarnya keinginan mereka untuk menolong keluarganya, namun belum memiliki kapasitas yang memadai.

BNPB berharap setiap fasilitas yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah ataupun swasta untuk melaksanakan latihan atau simulasi bencana di lingkungan mereka masing-masing. HKB tahun ini diikuti oleh berbagai pihak di seluruh Indonesia dengan pelibatan berbagai pihak, mulai dari kementerian/lembaga, TNI, Polri, dunia usaha, perguruan tinggi hingga masyarakat. Tercatat di situs siaga.bnpb.go.id sejumlah 53.086.119 partisipan berkomitmen untuk berpartisipasi dalam HKB 2019.

Bercermin dari bencana sepanjang tahun 2018, jumlah kejadian bencana sebanyak 2.572 telah mengakibatkan korban meninggal dan hilang mencapai 4.814 jiwa, luka-luka 21.064, mengungsi 10,2 juta, serta kerugian mencapai lebih dari Rp 100 triliun, kerugian material maupun lainnya. Di sisi lain, catatan para pakar menyebutkan beberapa bencana di Indonesia kerap berulang.

"Ada yang lima tahunan, 10 tahunan, 100 tahunan, dan ribuan tahun. Longsor dan banjir kerap berulang setiap tahun. Gempa di Aceh berulang tiap dua ribu tahunan, di Padang berulang setiap seratus tahun, dan di Palu puluhan tahun," kata Doni.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4914 seconds (0.1#10.140)