Nobar Film 22 Menit, Hendro dan Yoris Saksi Hidup Bom Thamrin

Senin, 23 Juli 2018 - 15:21 WIB
Nobar Film 22 Menit, Hendro dan Yoris Saksi Hidup Bom Thamrin
Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Hendro Pandowo (depan, tiga dari kiri) dan AKBP M Yoris Maulana (depan dua dari kanan), saat nobal film 22 Menit. Hendro dan Yoris merupakan saksi hidup peristiwa bom Thamrin pada Januari 2016.
A A A
BANDUNG -
Teror bom di Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat pada Januari 2016, mengguncang Indonesia. Peristiwa itu sangat dramatis hingga membuat masyarakat semakin sadar akan bahaya paham radikal dan terorisme.

Di Polrestabes Bandung, terdapat dua saksi hidup peristiwa serangan teror itu. Yakni, Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Hendro Pandowo dan AKBP M Yoris Maulana. Saat teror bom Thamrin terjadi, Hendro Pandowo menjabat sebagai Kapolres Metro Jakarta Pusat. Sedangkan M Yoris Maulanaketika itu berpangkat Kompol dan menjabat sebagai Kasubnit II Subdit Kamneg Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Mabes Polri. Yoris lah polisi yang mengevakuasi korban tewas dan tergeletak di tengah jalan.

Kisah nyata itu diangkat ke film layar lebar dengan judul 22 Menit yang tayang di bioskop mulai Kamis 18 Juli 2018. Film berdurasi sekitar dua jam ini merupakan produksi Buttonijo dan disutradarai oleh Eugene Panji dan Myrna Paramita. Meski sebagian besar cerita dalam 22 Menit fiktif, namun didasarkan pada kisah nyata. Film tentang aksi polisi memerangi terorisme tersebut dibintangi oleh Ario Bayu sebagai AKBP Ardi.

Dalam film, Brigjen Pol Krisna Murti yang saat kejadian menjabat Diretur Ditreskrimum Polda Metro Jaya turut berperan di film itu sebagai pedagang sate. Sedangkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian juga tampil bersama istri sebagai pengendara motor yang ditilang polisi karena tak mengenakan helm.

Agar film itu 22 Menit mendekati kejadian sebenarnya pembuat film sempat melakukan wawancara langsung selama dua jam dengan Hendro Pandowo. "Film 22 Menit bertujuan untuk mengajak masyarakat bersama-sama memerangi terorisme dan menangkal paham radikal. Saat teror bom terjadi, Polri cepat bertindak. Hanya dalam waktu 22 menit kasus itu terungkap, situasi di Ibu Kota (Jakarta), bisa cepat terkendali, dan kembali kondusif. Sejak itu muncul kesadaran bersama untuk menangkal paham terorisme dan radikal. Masyarakat bangkit melawan dengan membuat tanda pagar (tagar) #KamiTidakTakut," kata Hendro seusai nonton bareng jajaran di mal Paris van Java, Jumat (20/7/2018).

Menurut Hendro, bom Sarinahdi Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, merupakan kejadian luar biasa. Para teroris meledakkan beberapa bom dan menembak aparat kepolisian. "Saat teror terjadi, saya Kapolres Metro Jakarta Pusat. Mendengar suara bom dan mendapat kabar peristiwa teror, saya langsung meluncur ke lokasi kejadian. Saat itu, ada anggota saya, Ipda Budiono yang tertembak di perut dan dada. Saya mengevakuasi korban ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan. Alhamdulillah Ipda Budiono selamat," ujar Kapolrestabes.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.5371 seconds (0.1#10.140)