Jokowi Kalah Lagi di Jabar, Emil: Politik Bukan Matematika

Kamis, 18 April 2019 - 21:33 WIB
Jokowi Kalah Lagi di Jabar, Emil: Politik Bukan Matematika
Capres 01 Joko Widodo atau Jokowi. Foto/SINDO/Dok
A A A
BANDUNG - Dewan Pengarah Tim Kampanye Daerah (TKD) Joko Widodo-Ma'ruf (Jokowi-Ma'ruf) Jawa Barat Ridwan Kamil menilai, kekalahan pasangan Jokowi-Ma'ruf di Provinsi Jabar sebagai dinamika politik wajar.

Dia mengatakan, politik bukan matematika dengan hasil akhir yang sudah dapat dipastikan. Buktinya, sebagai capres petahana, kinerja Jokowi yang begitu masif, khususnya di Jabar selama tahun terakhir, ternyata tak berbanding lurus dengan tingkat elektabilitas di provinsi yang menjadi lumbung suara ini.

"Saya kira dalam pesta demokrasi (kemenangan dan kekalahan) sesuatu yang wajar. Menandakan bahwa politik bukan matematika," kata Ridwan Kamil di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (18/4/2019).

Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil yang juga menjabat Gubernur Jabar ini mengatakan, berdasarkan analisanya, pertarungan politik di ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 di Jabar tak jauh berbeda dengan Pilpres 2014.

Jokowi yang kembali bertarung dengan Prabowo Subianto tetap memiliki basis suara di daerah tertentu. "Analisa saya secara pribadi bahwa Pilpres 2014 dengan 2019 kelihatannya gak beda. Jokowi tetap kalah di barat-barat. Sumatera Barat, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat. (Jokowi) Kuat di Jawa Tengah, Jawa Timur, menang di Jakarta, kalah di Banten," ujar dia.

Namun, pria yang akrab disapa Emil ini memprediksi, yang membedakan Pilpres 2019 dan 2014 adalah persentase suara yang diraih Jokowi maupun Prabowo. Karena perhitungan suara masih berjalan, Emil pun mengaku belum bisa menyebut pasti persentase raihan suara prediksinya itu.

"Kalau disebut (Jokowi) kalah (di Jawa Barat) ya kalah. Tapi, apakah (hasilnya) sama, menipis atau menguat (dibanding Pilpres 2014), saya belum bisa ambil kesimpulan," tutur Emil.

Sebagai bagian dari TKD Jokowi-Ma'ruf Jabar, Emil beserta timnya mengaku sudah bekerja maksimal untuk memenangkan pasangan capres-cawapres nomor urut 01 itu. Bahkan, selama upaya pemenangan berjalan, pihaknya pun tak menemui kendala berarti.

"Kalau persentasenya sama (Jokowi kalah dari Prabowo) menandakan kerja keras empat tahun pun tidak selalu berbanding lurus dengan elektabilitas," ungkap Gubernur.

Emil menyatakan, demokrasi terkait erat dengan kesukaan dan tingkat kesukaan tersebut sulit untuk diteorikan. Meski sudah merasakan manfaatnya, namun kesukaan tetap bakal menjadi penentu pilihan.

"Itulah uniknya dinamika politik one man one vote, reasoning-nya itu tidak bisa selalu diilmiahkan antara pemilih rasional dan emosional. Boleh didefinisikan, tapi kan dihitungnya sama. Ada yang mencoblos penuh pertimbangan atau dengan alasan sesaat," beber Emil.

Ditanya hoaks yang kerap menyerang Jokowi berdampak terhadap elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf, Emil mengaku belum melakukan analisa. Namun, berdasarkan pengamatan dan data dari Jabar Saber Hoaks, sebanyak 70 persen laporan yang masuk terkait erat dengan kepemiluan.

"Itu tandanya berita bohong dan meresahkan volumenya tinggi. Oleh karenanya, masyarakat lebih baik hindari diskusi politik yang eksesif. Dunia terlalu indah untuk dilihat dari sudut politik saja," katanya.

Disinggung komunikasinya dengan Jokowi, Emil mengaku belum menghubungi Jokowi secara pribadi untuk menginformasikan atau membahas raihan suara Jokowi-Ma'ruf di Jabar. Baginya, langkah itu belum cukup penting dilakukan.

"Enggak, belum ada urgensinya. Apa yang perlu disampaikan? kan perlu dihitung, menunggu hasilnya saja," tandas Emil.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.8267 seconds (0.1#10.140)