Program Zero Waste di Kota Cimahi Belum Maksimal
A
A
A
CIMAHI - Program zero waste di Kota Cimahi belum berjalan sesuai harapan. Sebab, sejak diterapkan pada tahun 2018, progres program zero waste di Kota Cimahi baru mencapai 10% atau jauh dari yang ditargetkan.
"Zero waste ini diterapkan di total 40 RW dan memang progresnya baru sekitar 10%. Itu yang door to door education (DTDE)," sebut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi Mochamad Ronny, Sabtu (13/4/2019).
Menurutnya, zero waste merupakan program untuk mewujudkan nol sampah di Kota Cimahi. Program yang diinisiasi oleh pemerintah pusat ini bertujuan agar ada pengurangan sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Salah satu untuk mewujudkan zero waste adalah dengan menerapkan prinsip Reduce, Reuse, dan Recycle (3R).
Ronny mencontohkan, masyarakat di rumah masing-masing minimal bisa melakukan pemilahan mana yang termasuk sampah organik dan anorganik. Sampah organik kemudian dapat dimanfaatkan menjadi kompos, pemanfaatan gas metan (kompor)/biodigester, atau pupuk cair. Sementara, sampah anorganik bisa didaur ulang menjadi barang-barang yang kembali memiliki nilai ekonomis.
"Jika setiap rumah tangga disiplin menerapkan pola seperti itu, kami yakin setidaknya timbunan sampah yang dibuang ke TPA bisa dikurangi secara bertahap," ujarnya.
Untuk membuat program ini semakin maksimal, pihaknya bakal terus mengedukasi masyarakat dengan cara DTDE atau sosialisasi secara langsung, terutama kepada masyarakat di 40 RW yang sudah menerapkan zero waste. Jika program ini terus berkembang, dirinya meyakini volume sampah di Kota Cimahi terus berkurang dalam dua tahun ke depan.
Saat ini, volume sampah Kota Cimahi per harinya mencapai 300 ton. Dari jumlah itu, yang bisa terakomodir untuk dibuang ke TPA Sarimukti hanya 200 ton per hari. Jika program itu sukses, beban sampah yang harus dibuang pun otomatis berkurang. Sehingga, pengelolaan sampah tinggal menyisakan residunya untuk diangkut.
"Target tahun ini zero waste mencapai 70% di 40 RW. Kami akan terus edukasi masyarakat supaya sampah bisa dipilah sejak dini," pungkasnya.
"Zero waste ini diterapkan di total 40 RW dan memang progresnya baru sekitar 10%. Itu yang door to door education (DTDE)," sebut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi Mochamad Ronny, Sabtu (13/4/2019).
Menurutnya, zero waste merupakan program untuk mewujudkan nol sampah di Kota Cimahi. Program yang diinisiasi oleh pemerintah pusat ini bertujuan agar ada pengurangan sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Salah satu untuk mewujudkan zero waste adalah dengan menerapkan prinsip Reduce, Reuse, dan Recycle (3R).
Ronny mencontohkan, masyarakat di rumah masing-masing minimal bisa melakukan pemilahan mana yang termasuk sampah organik dan anorganik. Sampah organik kemudian dapat dimanfaatkan menjadi kompos, pemanfaatan gas metan (kompor)/biodigester, atau pupuk cair. Sementara, sampah anorganik bisa didaur ulang menjadi barang-barang yang kembali memiliki nilai ekonomis.
"Jika setiap rumah tangga disiplin menerapkan pola seperti itu, kami yakin setidaknya timbunan sampah yang dibuang ke TPA bisa dikurangi secara bertahap," ujarnya.
Untuk membuat program ini semakin maksimal, pihaknya bakal terus mengedukasi masyarakat dengan cara DTDE atau sosialisasi secara langsung, terutama kepada masyarakat di 40 RW yang sudah menerapkan zero waste. Jika program ini terus berkembang, dirinya meyakini volume sampah di Kota Cimahi terus berkurang dalam dua tahun ke depan.
Saat ini, volume sampah Kota Cimahi per harinya mencapai 300 ton. Dari jumlah itu, yang bisa terakomodir untuk dibuang ke TPA Sarimukti hanya 200 ton per hari. Jika program itu sukses, beban sampah yang harus dibuang pun otomatis berkurang. Sehingga, pengelolaan sampah tinggal menyisakan residunya untuk diangkut.
"Target tahun ini zero waste mencapai 70% di 40 RW. Kami akan terus edukasi masyarakat supaya sampah bisa dipilah sejak dini," pungkasnya.
(zik)