Adu Maung dan Munding di Alun-Alun Garut

Sabtu, 13 April 2019 - 09:05 WIB
Adu Maung dan Munding di Alun-Alun Garut
Lubang seperti gua di Alun-Alun Garut ini ini dahulu berjeruji besi, berbeda dengan kondisi sekarang sebagai tempat bermain anak-anak. Foto/SINDOnews/Jani Noor
A A A
GARUT - Alun-Alun Garut yang terletak di Jalan Ahmad Yani No 22, Paminggir, Garut Kota, Kabupaten Garut, menyimpan sebuah cerita tersendiri, yakni pernah dipakai sebagai tempat adu harimau dan kerbau.

Sejarawan Garut Deddy Effendie mengatakan, adu 'maung' (harimau) dan 'munding' (kerbau) sebagai bentuk pesta rakyat setelah merayakan Idul Fitri.

Kegiatan 'adu maung dan munding' tersebut, kata Deddy, diperkirakan terjadi sekitar tahun 1900-an. Sebab, Bupati Garut kala itu, RAA Wiratanudatar menjadi Bupati Limbangan (nama Kabupaten sebelum Garut) tahun 1870 sampai 1915.

Raden Adipati Aria Wiratanudatar ke-8 selalu mengadakan kegiatan adu maung setelah Lebaran. Setelah Salat Id di Masjid Agung, Bupati terus ke Pendopo, dan dari Pendopo mengganti pakaian dengan pakaian kebesaran kerajaan.

"Lalu naik kuda ke karesidenan dan setelah bertemu residen lalu merayakan Idul Fitri itu dengan mengadakan adu maung (harimau) dan munding (kerbau). Harimau disimpan di bawah babancong," jelas Deddy.

Untuk diketahui, babancong adalah tempat pidato kepala daerah yang terletak di antara pendopo dan alun-alun.

Selanjutnya, harimau-harimau yang dikurung di bawah babancong, dilepas ke alun-alun. Dengan ganasnya, harimau tersebut menerkam kerbau 'edan' yang sudah berada di tengah lapang. Harimau dan kerbau saling menerkam. Kerbau juga tidak mau kalah karena memiliki tanduk yang besar serta tajam.

Kendati badan kerbau lebih besar, yang menang tentunya harimau. Lalu, setelah kerbau mati, harimau pun dimasukkan lagi ke tempat semula dikurung di bawah babancong.

"Nah, yang menariknya para inohong Garut itu duduk di atas babancong yang di bawahnya ada harimau-harimau itu," ujarnya.

Eddy pun mengungkapkan cara masyarakat Garut menonton adi harimau dan kerbau itu tidak memakai pagar pelindung. Warga bergerombol mengelilingi alun-alun dengan membawa tombak. Jika ada harimau menerjang, tombak itu siap dihunuskan.

Meski demikian, kebiasaan tersebut sudah hilang karena Garut sekarang lebih dikenal dengan adu dombanya. Domba dijadikan pengganti harimau yang mulai punah.

"Padahal adu harimau dan kerbau itu sudah terkenal ke luar negeri. Sementara, sekarang malah adu domba dan adu anjing serta babi hutan paling juga," tuturnya. (Baca Juga: Cerita tentang Parakanlima dan Pantangan Menikah dengan Tentara(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9400 seconds (0.1#10.140)