Tren Hoax Meningkat, Reliji Gencarkan Kampanye Door to Door di Bogor

Jum'at, 12 April 2019 - 00:49 WIB
Tren Hoax Meningkat, Reliji Gencarkan Kampanye Door to Door di Bogor
Ketua Kornas Reliji Bursah Zarnubi memberikan pembekalan kepada 500 relawan di Bogor. Foto/Istimewa
A A A
BOGOR - Relawan Indonesia Jokowi (Reliji) mengintensifkan kampanye door to door untuk menangkal informasi sesat (hoax) yang trennya semakin meningkat penyebarannya belakangan ini dan diperkirakan tidak akan berhenti sampai hari-H Pemilu 2019 pada Rabu 17 April mendatang.

Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang dirilis pekan lalu mencatat, pada Januari 2019 terdapat 175 isu hoax, Februari 353, dan Maret meningkat jadi 453. Sebagian besar hoax tersebut isinya menyerang pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin (Jokowi-Ma'ruf).

"Mendekati hari pencoblosan, hoax yang menyerang pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin semakin gencar. Isunya beragam, mulai dari KH Ma’ruf Amin nanti akan digantikan Ahok, Jokowi antek PKI, isu kerusuhan, hingga rakyat akan semakin susah, dan Indonesia akan hancur jika Jokowi kembali terpilih," kata Ketua Umum Kornas Reliji Bursah Zarnubi saat memberikan pengarahan dalam Workshop dan Pelatihan Relawan Kampanye Door to Door wilayah Bogor Raya di M One Hotel Bogor, Kamis (11/4/2019).

Untuk menangkal hoax dan meluruskan propaganda sesat tersebut, ujar Bursah, para relawan harus aktif mendatangi warga dari rumah ke rumah (door to door).

Workshop dan pembekalan diikuti oleh 500 relawan dari Kabupaten dan Kota Bogor. Hadir pula Sekretaris TKD Jokowi-Ma’ruf Amin Kabupaten Bogor Bayu Syahjohan dan Kota Bogor Vayireh Sitohang.

Dalam menjalankan tugasnya, ujar Bursah, para relawan dibekali alat peraga kampanye berupa brosur “Jokowi Presiden pro Rakyat” dan tabloid Tabayyun.

Pro-Umat dan Mengayomi Semua Golongan
Dalam kesempatan itu, Bursah menjawab tegas terkait isu yang menyebut Jokowi anti-Islam. Bursah menyatakan, Presiden Jokowi adalah muslim sejati yang taat beribadah, rajin puasa, melaksanakan haji pada 2003, dan beberapa kali berangkat umrah bersama keluarga.

Keluarga Jokowi juga sangat sederhana, harmonis, layak disebut sebagai cerminan keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah. Anak-anaknya jualan pisang goreng dan martabak, tidak ada yang neko-neko, dan tidak ada yang berbisnis memanfaatkan fasilitas negara.

“Sejak jadi Walikota Solo lalu Gubernur DKI hingga 4,5 tahun memimpin Indonesia, Presiden Jokowi sangat dekat dengan ulama dan umat Islam. Bukan cuma dekat, Presiden Jokowi juga banyak membuat program nyata untuk mendorong ekonomi umat. Seperti membentuk Bank Wakaf dan memfasilitasi kemitraan pengusaha besar dengan pesantren," ujar Bursah.

Yang tidak kalah penting, tutur dia, adalah pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia di atas lahan seluas 142 hektare di Kota Depok. "Saat ini pembangunan UIII sedang berjalan. Jika sudah selesai akan menjadi salah satu pusat peradaban Islam dunia,” tutur dia.

Bursah pun kembali mengklarifikasi soal isu yang mengaitkan Jokowi dengan PKI. Menurut Bursah, isu tersebut sangat tidak masuk akal karena Jokowi lahir tahun 1961. Sehingga, usia Jokowi baru 4 tahun saat terjadi Pemberontakan G30S/PKI pada 1965. Mustahil anak umur 4 tahun terlibat PKI.

Presiden Jokowi kini menjadi salah satu panutan pemimpin dunia karena dinilai berhasil memadukan demokrasi, Islam, dan moderasi. Jokowi punya komitmen teguh merawat kebhinekaan Indonesia dan mengayomi semua golongan.

Politik dan keamanan Indonesia stabil meski negara ini terdiri dari 700 lebih suku, keyakinan agama berbeda, dan tinggal di ribuan pulau.

“Terbukti hasil survei Gallups Law and Order 2018 menobatkan Indonesia sebagai negara teraman ke-9 di dunia. Stabilitas keamanan ini terwujud antara lain karena soliditas Polri-TNI terjaga dengan baik,” tandas Bursah.

Pembangunan Berkeadilan
Bursah menyebut prestasi monumental Jokowi lainnya adalah berhasil mewujudkan pembangunan merata dan berkeadilan. Itu dilakukan dengan mengubah orientasi pembangunan yang selama ini Jawa sentris menjadi Indonesia sentris, menggenjot pembangunan di wilayah perdesaan dan daerah pinggiran, serta mengakselerasi pembangunan infrastruktur di luar Jawa.

Pembangunan di perdesaan semakin pesat melalui alokasi anggaran dana desa yang terus meningkat setiap tahun. “Angka kemiskinan di era Jokowi terus turun hingga 9,6 persen pada Agustus 2018, atau angka kemiskinan terendah dalam sejarah Indonesia. Akses masyarakat kecil terhadap pendidikan dan kesehatan juga semakin baik melalui program wajib belajar 12 tahun, Kartu Indonesia Pintar, program jaminan kesehatan nasional, dan kartu indonesia sehat,” kata Bursah.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.2037 seconds (0.1#10.140)