Miris, Hidrosepalus Renggut Keceriaan Gadis Cilik Ini

Rabu, 10 April 2019 - 19:56 WIB
Miris, Hidrosepalus Renggut Keceriaan Gadis Cilik Ini
MW (7) penderita hidrosepalus sejak usia tiga bulan, didampingi ibu dan kerabat. Warga Kampung Pasirjati RT 03/18, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, KBB ini, buntuh bantuan biaya pengobatan. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Nasib memilukan dialami MW (7), gadis kecil buah hati dari pasangan suami istri Cucun (43) dan Ade (43) warga yang tinggal di Kampung Pasirjati RT 03/18, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Sejak usia tiga bulan, MW menderita penyakit hidrosepalusyang tak kunjung sembuh. Akibat penyakit itu, MW kehilangan keceriaan masa kanak-kanak.

Dia hanya bisa tergolek lemah di kasur, di rumahnya yang sederhana. Penumpukan cairan di dalam otak membuat kepala Mirna terus membesar. Rasa sakit harus dirasakannya setiap hari yang terkadang membuat mata Mirna mengeluarkan air mata.

Ditemui di kediamannya, Cucun (43) dan Ade (43) mengungkapkan sudah mengupayakan pengobatan bagi anak bungsu dari empat bersaudara tersebut. Akan tetapi lantaran terbentur biaya, pengobatan tidak dilakukan sampai selesai.

"Sudah pernah dibawa ke tabib di Cianjur dan ke dokter di RS Rajawali, tapi karena ga ada uang jadi tidak dilanjutkan," kata sang ayah Cucun, Rabu (10/4/2019).

Pengobatan, ujar dia, telah dilakukan sampai si bungsu berumur tiga tahun. Setelah itu, Cucun mengaku tidak memiliki daya dan upaya untuk membayar biaya pengobatan.

Sehingga MW terpaksa menderita dengan kepala bagian belakang lembek. Kondisi itu yang membuat dia tak bisa bicara, apalagi berjalan dan bermain.

"Bicara saja susah. Kalaupun bisa (bicara), cuma bilang mamah, teteh, dan bapak. Kadang-kadang anak saya (MW) kejang-kejang. Mukanya seperti menahan rasa sakit," ujar Cucun dengan mata berkaca-kaca.

Cucun menuturkan, saat pengobatan masih dilakukan, dia diminta menyediakan uang Rp50 juta. Namun, jangankan uang sebesar itu, untuk makan sehari-hari saja Cucun pas-pasan.

Sedangkan untuk pinjam uang, siapa yang akan memberi pinjaman dan bagaimana mengembalikannya. Karena itu dia bersama istri hanya bisa pasrah meratapi nasib anaknya yang malang itu.

"Saya pernah mengajukan bantuan ke pemerintah melalui program Kartu Indonesia Sehat, tapi sampai kini masih belum ada kejelasan. Semoga aja ada donatur atau perhatian dari pemerintah untuk membantu pengobatan anak saya," kata Cucun yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan ini.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5065 seconds (0.1#10.140)