Final Piala Presiden 2019: Ujian Kedewasaan Bonek dan Aremania

Senin, 08 April 2019 - 10:30 WIB
Final Piala Presiden 2019: Ujian Kedewasaan Bonek dan Aremania
Final Piala Presiden 2019 akan mempertemukan Arema FC vs Persebaya Surabaya. Berdasarkan undian, Bajol Ijo, julukan Persebaya, bakal menjadi tuan rumah laga pertama. Istimewa/@pialapresiden
A A A
JAKARTA - Rivalitas Aremania dan Bonek kembali mencuat ke permukaan jelang Final Piala Presiden 2019. Partai pamungkas yang mempertemukan Persebaya Surabaya vs Arema FC ini akan menjadi ujian kedewasaan suporter kedua tim yang selama ini kerap bergesekan.

Menilik sejarah pertemuan kedua tim, duel klasik ini dipastikan berjalan sengit. Tengok saja pada dua pertandingan terakhir di Liga 1/2018, saat kedua tim saling mengalahkan. Bentrok kedua tim tidak sekadar panas di dalam lapangan, namun merembet ke tribun penonton. Aremania dan Bonek selama ini dikenal tidak pernah akur. Namun, tak ada sejarah pasti sejak kapan suporter kedua tim bertetangga ini terlibat rivalitas sengit.

Beberapa literatur menyebut bahwa permusuhan bermula di era Kompetisi Liga Indonesia pada 1994. Laga Persema Malang versus Persebaya di Stadion Gajayana yang berakhir dengan kerusuhan suporter menjadi penabuh genderang perang Aremania dan Bonek. Selain itu, bibit rivalitas kedua tim disebut bermula dari konser musik di Stadion Tambaksari Surabaya. Panggung konser yang digelar pada Januari 1990 kala itu dikuasai anak-anak Malang dan bersorak meneriakkan Arema. Sontak, yel-yel ini memicu kerusuhan.

Merunut lebih jauh ke belakang lagi, ketidakuran duo Jatim ini disebut peninggalan era Galatama yang melibatkan persaingan Arema dengan Niac Mitra Surabaya. Fanatisme suporter kedua tim bahkan kerap berujung pada kekerasan. Tercatat, selama dua tahun berturut-turut bentrok Aremania dengan Bonek hingga menimbulkan korban jiwa.

Pada 2014, tiga Aremania meninggal dunia dalam kerusuhan di Jalan Tol Simo. Berselang setahun kemudian, dua suporter Arema FC kembali menjadi korban dalam bentrok di Sragen Jawa Tengah. Rentetan sejarah kelam pertemuan kedua tim ini kembali membayangi partai final Piala Presiden yang akan digelar dengan format home and away pada 9 serta 12 April 2019.

Arema FC terlebih dahulu bertamu ke Stadion Gelora Bung Tomo dan pada leg kedua giliran Persebaya menyambangi Stadion Kanjuruhan Malang. "Pemain kedua tim sudah pasti sangat memahami prinsip fair-play dalam sepak bola. Tapi, untuk suporter, ini menjadi ujian kedewasaan apakah mereka sudah berubah ataukah masih tetap seperti yang dulu? Saya pribadi berharap kedua suporter untuk menyudahi perseteruan," ucap Pelatih Persebaya Djadjang Nurdjaman.

Mantan pelatih Persib itu menilai dari tinjauan olahraga dan penonton, partai final kali ini sangat ideal. Kedua tim diperkuat pemain berkualitas, lokal maupun impor. Tidak hanya itu, suporter kedua tim juga sangat fanatik dan dipastikan akan mendukung habis-habisan klub kesayangannya di stadion. "Ini final ideal karena mempertemukan dua tim besar dan memiliki basis pendukung yang tidak sedikit. Tapi, ini juga menjadi kekhawatiran karena sejarah rivalitas suporter," tandasnya.

Kekhawatiran rivalitas kedua tim juga membuat dedengkot Bonek Agus Bimbim Tessy angkat bicara. Dia berharap laga final digelar di tempat netral untuk meminimalisasi potensi kerusuhan suporter. Menurut dia, format laga pamungkas yang digelar home and away meningkatkan risiko pertandingan kedua tim. Apalagi, jika salah satu tim berhasil meraih gelar juara di kandang lawan. Karena itu, dia berharap agar venue puncak turnamen ini digelar di tempat netral.

"Kami inginnya cari tempat yang netral. Karena, yang ditakutkan bila home and away, pas pertandingan terakhir akan rusuh. Penyelenggara Piala Presiden harus siap. Mereka seharusnya sudah mengantisipasi potensi kerawanan ini," ujarnya.

Sementara itu, media officer Arema FC Sudarmadji meminta agar pertemuan kedua tim di partai final tidak hanya dilihat dari sudut pandang rivalitas suporter kedua tim. Sebaliknya, laga Arema FC versus Persebaya membuktikan bahwa tim-tim asal Jawa Timur bisa menjadi barometer sepak bola nasional.

"Saya rasa akan lebih baik jika ekspos yang dilakukan merupakan prestasi kedua tim sehingga mereka juga nantinya bisa menampilkan permainan maksimal," ungkapnya.

Wakil Ketua Steerring Committee Piala Presiden Brigjen Pol Lotharia Latief menyatakan sudah siap mengamankan dua laga final dengan sebaik mungkin.
Latief meminta semua pihak untuk ikut menjaga suasana kondusif partai final edisi keempat nanti.

"Kami seluruh panitia sudah menyiapkan sebaik-baiknya (pengamanan laga final) dan harapan kami Piala Presiden berjalan aman dan lancar. Saya mengimbau kepada suporter, pemilik klub, pemain, wasit, dan semuanya juga mendukung," ujarnya. (Baca Juga: Hasil Undian Final Piala Presiden: Persebaya Tuan Rumah Laga Pertama(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3679 seconds (0.1#10.140)