Melihat Sasak Warna Desa Bantarwaru

Senin, 01 April 2019 - 10:59 WIB
Melihat Sasak Warna Desa Bantarwaru
Pengendara melintas di Sasak Warna Desa Bantarwaru, Kecamatan Ligung, Majalengka, Jawa Barat. Foto/Inin Nastain
A A A
MAJALENGKA - Akhir-akhir ini, kesadaran masyarakat di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat untuk mempercantik desanya semakin menggeliat. Mempersolek fasilitas umum seperti sasak (jembatan), adalah salah satu cara yang dilakukan masyarakat agar desa yang ditinggalinya lebih enak dipandang mata.

Hal itu seperti yang dilakukan oleh puluhan warga Desa Bantarwaru, Kecamatan Ligung. Di bawah komando karang taruna desa setempat yakni Karang Taruna Tunas Bangsa, mereka bahu-membahu selama tiga hari mengecat salah satu sasak yang membentang di desa itu.

Bermodalkan swadaya serta memanfaatkan relasi, dalam kurun waktu tiga hari sejak Sabtu (30/3/2019) hingga Senin (1/4/2019), mereka sukses menyulap sasak yang memiliki panjang sekitar 30 meter itu lebih sedap dipandang dibanding sebelumnya.

Ketua Karang Taruna Desa Bantarwaru Saepulloh mengatakan, ada beberapa hal yang melatarbelakangi pengerjaan pengecatan itu. Kampanye lingkungan, menjadi salah satu tujuan dari dilakukannya pengecatan tersebut.

Dia beralasan, hingga saat ini sudah bukan pemandangan aneh lagi masyarakat yang membuang sampah di sungai. "Mudah-mudahan dengan cara ini bisa mengubah kebiasaan itu. Kan sayang, sasaknya udah bagus, masak di kiri dan kanannya ada sampah, yang kemudian bisa menimbulkan bau tak sedap. Hari Senin ini proses penyelesaian," kata dia.

Dia tidak menampik pengecatan sasak itu sebagai salah satu cara mengikuti kebiasaan yang sekarang sedang tren, swafoto. Kendati begitu, pertimbangan itu juga tidak luput dari tujuan yang pertama tadi. "Menghadirkan titik yang bisa dijadikan untuk swafoto. Karena sekarang kan itu (swafoto) lagi digandrungi banyak orang. Nah, ketika sasak itu banyak yang foto-foto, barangkali yang biasa buang sampah di sungai juga sungkan," papar dia.

Tidak kalah pentingnya, yang swafoto di sasak juga tidak membuang sampah sembarangan. "Memang belum disediakan tempat sampah, tapi kan bisa dengan cara lain. Mungkin sampah bekas bungkus camilannya bisa dikantongi dulu, kemuidan dibuang di tempat yang layak," ujarnya.

Mengecat sasak yang membentang sekitar 30 meter di atas Sungai Cikeruh itu bukan yang terakhir dari kegiatan mereka. Ke depan dia berharap bisa juga melakukan hal yang sama di sasak-sasak lainnya di Desa Bantarwaru itu.

"Di Kecamatan Ligung ini, Desa Bantarwaru tercatat sebagai desa yang memiliki sasak paling banyak, empat buah. Kami ingin nantinya pengecetan juga dilakukan di tiga sasak lainnya. Dari sana, harapannya akan ada ide-ide lain yang bisa muncul. Jadi pengecatan sasak ini bisa dikatakan awal dari impian-impian ke depannya. Sasak ini pembangunan 1995 lalu, setelah sebelumnya sempat roboh," jelasnya.

Kecamatan Ligung berada di bagian utara Kabupaten Majalengka. Kecamatan tersebut merupakan kecamatan perbatasan antara Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Indramayu.

Sebagai daerah perbatasan, masyarakat di kecamatan itu menggunakan dua bahasa dalam aktivitas sehari-harinya, yakni Sunda dan Jawa. Kondisi itu menjadi inspirasi dari penggunaan warna untuk pengecatan sasak itu.

"Di atas (sasak) ada dua warna, Merah dan Putih, melambangkan warna bendera Indonesia. Penggunaan warna-warni sebagai bentuk keanekaragaman, di Kecamatan Ligung ada dua bahasa. Adapun simbol M, satu warna Cat membentuk hurup M itu, sebagai simbol dari Majalengka," papar dia.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8744 seconds (0.1#10.140)