Remaja Harus Tahu Ini Bahaya Nikah Dini

Jum'at, 29 Maret 2019 - 09:33 WIB
Remaja Harus Tahu Ini Bahaya Nikah Dini
Sosialisasi Genre di Kampung Karacak, Desa/Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Foto/Istimewa
A A A
BOGOR - Selain daya pikir, emosi, dan psikologinya belum stabil, perempuan yang menikah pada usia di bawah 21 tahun, juga rentan terhadap gangguan kesehatan jika hamil.

Demikian disampaikan Imam Munandar dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bogor saat memberikan materi dalam acara sosialisasi Generasi Berencana (Genre) di Kampung Karacak, Desa/Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Sabtu (23/3/2019).

"Kenapa bisa demikian? Karena, di usia kurang dari 21 tahun, alat-alat reproduksi perempuan belum siap untuk dibuahi. Karena itu, kami (DP3AP2KB) terus menyosialisasikan tentang bahaya menikah dini," ujar Imam.

Dia mengemukakan, remaja, dalam rentang usia antara 10–24 tahun, adalah masa-masa labil dalam berbagai hal, termasuk dalam hal menikah.

Dalam program Genre, ujar dia, ada istilah Tiga Ancaman Dasar Kesehatan Reproduksi Remaja (Triad KRR). Salah satu imbauannya adalah, katakan tidak pada pernikahan dini.

"Imbauan itu semata-mata untuk melindungi kalian (remaja) dari bahaya-bahaya yang akan timbul jika menikah di usia remaja," ujar dia.

Imam menuturkan, DP3AP2KB Kabupaten Bogor dan BKKBN konsern terhadap remaja dengan membina Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R). "PIK-R diharapkan menjadi salah satu sarana untuk saling bertukar informasi di kalangan remaja,” tutur Imam.

Selain dari DP3AP2KB, acara yang digelar oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama mitra kerja Komisi IX DPR itu, juga dihadiri oleh Hade Handayani perwakilan dari BKKBN Jabar dan anggota Komisi IX DPR Ichsan Firdaus.

Seusai Imam Munandar, selanjutnya materi diisi oleh Ade Handayani. Ade mengungkapkan, program Genre dibuat dan dilaksanakan untuk kalangan anak-anak muda terutama di usia remaja. Sebab, masa remaja merupakan usia yang akan menentukan masa depan.

"Kalian (remaja) harus mempunyai cita-cita di masa yang akan dating. Saya akan menceritakan pengalaman yang saya dapatkan dari salah satu rekan di Bekasi, kang Iwan namanya," kata Ade.

Kang Iwan, ujar ade, seorang ahli digital dan motivator. Kang Iwan lahir dan besar dari keluar biasa, ayahnya sopir angkot. Kunci sukses Iwan adalah kerja keras dan disiplin.

"Kang Iwan tidak pernah minder mempunyai ayah seorang supir angkot. Beliau (Iwan) justru membuktikan kepada masayarkat luar sana bahwa anak seorang sopir angkot bisa sukses," ujar dia.

Dari cerita Kang Iwan, tutur Ade, bisa diambil kesimpulan bahwa prosfesi apapun orang tua, bukan hambatan untuk mengejar cita-cita dan menjadi orang sukses.

"Pengalaman Kang Iwan sangat bisa menjadi motivasi kalian (remaja) agar mempunyai cita-cita di masa depan. Sebagai remaja jadilah remaja keren. Keren bukan hanya penampilan tapi keren juga otaknya. Jadi dari sekarang isilah masa muda kalian dengan hal-hal positif agar ke depan kalian menjadi manusia yang mempunyai masa depan cerah,” tutur Ade.

Selain pemberian materi, acara sosialisasi Genre dimeriahkan juga penampilan kesenian daerah oleh penggiat seni setempat. Tak hanya panitia juga memberikan banyak doorprize.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9574 seconds (0.1#10.140)