Kasus Bahar, Ayah MKU: Tegakkan Hukum, Tegakkan Keadilan

Kamis, 28 Maret 2019 - 22:06 WIB
Kasus Bahar, Ayah MKU: Tegakkan Hukum, Tegakkan Keadilan
Ilustrasi/SINDOnews/Dok
A A A
BANDUNG - Jamal, ayah kandung MKU, justru sedih mendapati anaknya babak belur setelah dibawa ke Ponpes Tajul Alawiyyin.

Jamal mengaku tidak melihat penganiayaan terhadap putranya. Dia baru tahu MKU dipukuli setelah ditelepon oleh mertuanya setelah MKU pulang dari Ponpes Tajul Alawiyyin milik Bahar.

"Malam itu saya di telepon sama mertua, bilang Zaki (MKU) dianiaya. Saya tanya siapa yang aniaya, dijawab Habib Bahar," kata Jamal yang juga dihadirkan sebagai saksi di persidangan di Gedung Arsip dan Perpustakaan, Jalan Seram, Kota Bandung, Kamis (28/3/2019).

Jamal mengaku tak bisa tidur semalaman. Pagi-pagi buta, dia langsung bergegas ke rumah mertuanya untuk melihat kondisi MKU. Saat itu, Jamal mengaku MKU masih tidur.

"Saya belum sempat ngobrol. Saya langsung ke Tajul Alawiyyin, tapi saya cuma di warungnya. Saya bincang-bincang dengan santri, saya nanya Habib Bahar ada atau tidak," ungkap Jamal.

Jamal lantas kembali lagi ke rumah mertuanya. Saat itu, MKU sudah bangun dan Jamal menanyakan kronologi penganiayaan tersebut. Setelah mendengar cerita dari MKU, Jamal lantas melapor ke Polsek Kemang, Bogor.

Jamal mengaku terpukul atas penganiayaan yang menimpa anaknya itu. Bahkan saat ini, kondisi anaknya masih kerap sakit. "Saat ini secara fisik sudah bagus. Cuma yang saya perhatikan, kalau bicara matanya ngedip terus. Kemudian sering mimisan darahnya juga segar. Kemudian rusuknya," tutur Jamal.

"Saya cuma ingin mengatakan, orang tua mana yang sanggup melihat anaknya sakit. Keinginan saya, tegakan hukum, tegakan keadilan," kata Jamal menambahkan.

Sementara itu, Iman Santosa, ayah kandung korban CAJ, mengaku ikut mengantar anaknya ke ponpes Tajul Alawiyyin milik Bahar. Bahkan Iman menyaksikan anaknya berduel dengan MKU.

"Saya ikut nganter anak. Ngawal karena dijemput di rumah. Saya kebetulan ingin bertemu juga dengan Habib Bahar," kata Iman saat bersaksi di persidangan.

Namun Iman mengaku diminta berada di luar ponpes. Sementara anaknya dibawa masuk ke dalam ponpes tersebut. "Saya disuruh menunggu, saya dikasih kopi. Anak saya terpisah dengan sekat gorden. Suara sih terdengar antara guru dan murid. Ditanya-tanya si Jabar, isinya saya kurang jelas," ujar dia.

Hakim lantas bertanya apakah Iman melihat secara langsung penganiayaan yang dilakukan Bahar. Iman mengaku tak melihat. Akan tetapi, dia melihat saat CAJ dan MKU berduel. "Saya menyaksikan anak saya diadu," kata Iman.

"Tidak melihat langsung. Waktu ada kegaduhan tersebut, saya berusaha masuk. Tapi kata Habib, di luar saja," tuturnya.

Iman mengaku sekitar pukul 15.00 WIB, dia diminta pulang oleh Bahar. Dia lantas pulang tak bersama anaknya.

"Setelah Maghrib, kok Cahya belum pulang. Saya jemput di sana lihat anak saya sudah gundul," kata Iman.

"Ketika melihat anak bapak gundul bagaimana?," kata hakim.

"Ikhlas. Saya tanya anak juga ikhlas. Jadi saya anggap beres. Ini saya anggap pembelajaran dari guru kepada muridnya," kata Iman.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.1704 seconds (0.1#10.140)