Menko Kemaritiman: Industri Sawit Berkontribusi Turunkan Angka Kemiskinan

Rabu, 27 Maret 2019 - 17:48 WIB
Menko Kemaritiman:  Industri Sawit Berkontribusi Turunkan Angka Kemiskinan
Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan saat menerima penghargaan sebagai tokoh yang berpengaruh terhadap pengembangan Kelapa Sawit Indonesia di Ayana Midplaza Jakarta, Rabu (27/3/2019). Foto Ist
A A A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyebut industri sawit berkontribusi besar terhadap terhadap penurunan angka kemiskinan di Indonesia. "Sejak tahun 2000, 10 juta penduduk keluar dari kemiskinan sebagai akibat (tidak langsung) dari industri Kelapa Sawit. Dimana 1,3 Juta diantaranya terdampak secara langsung dan keluar dari jurang kemiskinan akibat Industri Kelapa Sawit," kata Luhut dalam Seminar Pengembangan Industri Kelapa Sawit Menuju Kemandirian Energi, Rabu (27/3/2019) Ayana Midplaza Jakarta dengan moderator Ketua Bidang Komunikasi GAPKI Topan Mahdi.

Menurut Luhut, Palm Oil (minyak sawit) memberikan kehidupan bagi 20 juta rakyat Indonesia. Karenanya pemerintah terus mendorong industri sawit kearah lebih maju karena menciptakan lapangan pekerjaan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

"19.5 Juta Penduduk terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan industri sawit, dimana 7,5 Juta penduduk bekerja secara langsung di Industri Sawit sedangkan 12 juta jiwa, bekerja pada sektor yang terkait," kata Luhut.

Luhut menegaskan, saat ini untuk pengembangan palm oil difokuskan dengan program replanting dengan dana murah.

Dalam kesempatan tersebut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan juga menerima penghargaan sebagai tokoh yang berpengaruh terhadap pengembangan Kelapa Sawit Indonesia.

Sementara Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono menyatakan, saat ini sedang dilakukan recovery atau perbaikan serta penguatan oleh pemerintah dalam mendukung pengembangan industri sawit yang juga didukung dunia usaha.

"Sekarang saat yang baik dan masih on the spot. Semua akan terkoordinasi dengan baik dan inventarisir masalah dijalankan secara pararel," ungkap Joko saat menjadi pembicara dalam seminar tersebut.

Joko juga menilai program pemerintah untuk memajukan industri sawit sudah ada namun tidak terintegrasi. "Kedepan jika ingin lebih baik harus lebih terintegrasi," timpalnya.

Sementara terkait penolakan Uni Eropa soal Sawit, Ketua Umum GAPKI ini menegaskan, promosi dan kampanye saja tidak cukup, namun harus ada lobby yang kuat.

Sedangkan menurut Dirut BPDP Kelapa Sawit Dono Bustami, peran sawit dominan bagi Indonesia.

"Dalam Sustainable Development Goals (SDGs) sawit memiliki peran penting Dimana untuk memenuhi SDGs, industri sawit Indonesia memiliki peran penting dalam memenuhi kriteria SDGs. 10-15% populasi Indonesia tergantung sawit," kata Dono Bustami dalam seminar yang dipandu oleh moderator Topan Mahdi.

Dono juga menyoroti lambannya peremajaan replanting dan rendahnya penyerapan sawit disaat suplay begitu besar. "Sektor hulu sawit harus dibenahi dan harus ada program yang dijalankan untuk memajukan industri ini dari regulator. Selain itu amanat undang-undang tentang sawit juga harus dijalankan," tegas Dono
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6717 seconds (0.1#10.140)