Bisnis Mulai Redup, Industri Tekstil Jabar Perlu Direvitalisasi

Selasa, 26 Maret 2019 - 19:30 WIB
Bisnis Mulai Redup, Industri Tekstil Jabar Perlu Direvitalisasi
Focus Group Discussion (FGD) Revitalisasi Industri Tekstil dan Pakaian di Courtyard Hotel by Marriott, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Selasa (26/3/2019). Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Bank Mandiri mendorong revitalisasi industri tekstil Jawa Barat, menghadapi persaingan bisnis dan produk tekstil global. Revitalisasi diharapkan dapat menggairahkan kembali bisnis tekstil Jabar yang mulai redup.

Regional CEO Bank Mandiri Jawa Barat Harry Gale mengatakan, secara umum industri tekstil Jabar masih memberi kontribusi positif bagi perekonomian Jawa Barat dan nasional.

Berdasarkan data BPS Jawa Barat tahun 2018, pada 2017 industri tekstil di Jawa Barat juga berhasil menarik investasi yang mencapai Rp8,3 triliun. Capaian ini berasal dari 364 proyek dan berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 25.243 orang.

Namun demikian, banyak tantangan ke depan yang mesti diperhatikan agar industri tekstil Jabar bisa semakin berkilau. Butuh formulasi baru yang dihimpun dari seluruh stakeholder agar industri ini semakin tumbuh.

"Kami melihat di portofolio kami untuk industri ini secara nasional masih memiliki beragam tantangan. Bukan sunset atau lainnya, tapi kita harus tetap optimistis untuk industri ini agar bisa kembali menjadi andalan di Jawa Barat," kata Harry di sela Focus Group Discussion (FGD) Revitalisasi Industri Tekstil dan Pakaian di Courtyard Hotel by Marriott, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Selasa (26/3/2019).

Upaya revitalisasi ini, ujar dia, terdiri dari dua faktor yang berpengaruh, yakni eksternal dan internal. Faktor internal meliputi ketersediaan teknologi atau mesin. Mesin tekstil Indonesia mayoritas tertinggal dari negara lain. Sehingga perlu peremajaan, disesuaikan kebutuhan zaman.

"Industri mesin tekstil dalam negeri belum mendukung kebutuhan. Contohnya kebutuhan kapas Indonesia yang masih 99,9 persen impor, sehingga hal tersebut sangat berpengaruh," ujar dia.

Dari sisi eksternal, tutur Harry, energi yang dibutuhkan sangat berpengaruh untuk kelangsungan hidup industri tekstil. "Cost structure dari produk tekstil ini sangat banyak sekali, terkait hal-hal yang mendukung faktor internal maupun eksternal. Sehingga jadi kurang efisien," tutur Harry.

Karena itu, ungkap dia, untuk merevitalisasi industri ini diperlukan investasi. Perbankan, kata dia, tidak akan berpikir dua kali untuk berinvestasi. Meski Harry tak menampik pihaknya tetap bakal melihat kondisi tersebut berdasarkan berbagai kajian kebutuhan dan pertimbangkan.

"Portofolio kredit Bank Mandiri untuk industri tekstil Jabar pada 2018 sekitar Rp2,54 triliun. Angka ini kata Harry cukup memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mendukung sektor industri. Dengan begitu, Harry menilai target industri di Jawa Barat ini harus tetap tumbuh," ungkap Harry.

Bank Mandiri sebagai perbankan BUMN di Indonesia memiliki lima value yang salah satunya adalah 'Bersama Membangun Negeri'. Gelaran ini tandas Harry adalah implementasi dari value tersebut untuk membuat acara FGD ini bisa menggali seluruh opsi dari revitalisasi terkait industri tekstil itu sendiri.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.7802 seconds (0.1#10.140)