Permintaan Warganet, Fiersa Besari Diseret ke Pengadilan Musik

Jum'at, 22 Maret 2019 - 11:08 WIB
Permintaan Warganet, Fiersa Besari Diseret ke Pengadilan Musik
Fiersa Besari saat diseret ke Pengadilan Musik Djarum Coklat Dot Com (DCDC) di Kantinnasion Rumah The Panas Dalam, Jalan Ambon, Bandung, Kamis (21/3/2019) malam. Foto/SINDOnews/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Untuk pertama kalinya, musikus dan sastrawan Fiersa Besari diseret ke Pengadilan Musik Djarum Coklat Dot Com (DCDC) untuk membuktikan karyanya di hadapan dewan juri. Menariknya, diseretnya Fiersa Besari atas keinginan netizen atau warganet.

Sidang yang berlangsung sekitar dua jam digelar di Kantinnasion Rumah The Panas Dalam, Jalan Ambon, Bandung, Jawa Barat, Kamis (21/3/2019) malam. Sidang Pengadilan Musik ke-31 ini cukup ramai dihadiri pengunjung. Sekitar 300 penonton memadati area sidang.

Sidang menghadirkan dua jaksa penuntut, yaitu Budi Dalton dan Pidi Baiq. Kursi pembela ditempati oleh Yoga (PHB) dan Ruly Cikapundung. Pengadilan dipimpin seorang hakim yaitu Man (Jasad). Jalannya persidangan diatur oleh Eddi Brokoli sebagai panitera.

Kehadiran jaksa, pembela, dan panitera cukup menarik penonton. Gaya Budi Dalton yang terbuka namun kritis, membuat suasana sidang lebih dinamis. Kendati begitu, Fiersa Besari mampu membuktikan keunggulan karyanya selama ini.

Perwakilan Atap Promotions Uwie Fitriani mengatakan, episode ke-31 ini memang sangat spesial, karena talent sebagai terdakwa yang dihadirkan merupakan permintaan warganet. Permintaan tersebut telah lama, namun baru kali ini bisa terealisasi.

"Antusiasme masyarakat cukup bagus. Terbukti saat kami mulai menjual tiket, hanya dalam waktu 10 menit, sudah full booked. Banyak yang dari luar kota, dan mereka booking online. Ada yang datang langsung dari Surabaya dan Bali," jelas dia.

Perwakilan DCDC Dikki Dwisaptono mengatakan, talent yang saat ini dihadirkan cukup unik. Dia memiliki kelebihan menerbitkan buku dan album. Musisi yang seperti sangat jarang.

"Talent ini tak sekadar request netizen, tapi terdakwa punya karya baru dan patut diadili, karena karyanya patut dipertanggungjawabkan. Kami undang musisi independen yang punya karya sendiri," ujarnya.

Diketahui, Fiersa Besari turut menyumbang suburnya pertumbuhan musik pop-folk saat ini. Project pertama mereka 'Revolvere Project', band sastra yang digawangi oleh Futih Aljihadi (seniman visual) Fahd Djibran (penulis), dan Fiersa Besari.

Lagu-lagu yang sudah sempat direkam yaitu 11:11 yang ludes di pasaran. Tahun 2014, kembali merilis ulang Tempat Aku Pulang. Di tahun 2015, merilis sebuah karya album buku berjudul Konspirasi Alam Semesta. Album musik ini dikolaborasikan dengan buku.

Melalui single andalannya, 'Juara Kedua', nama Fiersa Besari semakin berkibar di ranah musik folk Indonesia dan juga dunia sastra Indonesia. Ia juga tidak berhenti untuk terus meluncurkan karya-karya terbaru, seperti sebuah buku lainnya yang ia rilis di tahun 2016 berjudul 'Garis Waktu'.

Diketahui, Pengadilan Musik adalah salah satu program dari Djarum Coklat Dot Com (DCDC) yang secara rutin mengundang dan mengkaji materi-materi terbaru dari band dan musisi independen Tanah Air yang aktif dalam membuat karya. Lewat program ini, mereka akan menyandang predikat sebagai terdakwa dan harus menghadapi berbagai tuntutan yang dilontarkan oleh jaksa penuntut. Jika mereka berhasil berbicara atas nama karya, mereka akan bebas dari tuntutan dan materi mereka akan dinyatakan layak untuk dikonsumsi oleh publik.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4978 seconds (0.1#10.140)