Dosen ITB Ciptakan Formula Ubah Sisa Minyak Sawit Jadi Pakan Ternak

Selasa, 19 Maret 2019 - 20:50 WIB
Dosen ITB Ciptakan Formula Ubah Sisa Minyak Sawit Jadi Pakan Ternak
Tim BPDPKS saat meninjau laboratorium pengolahan sisa minyak sawit mentah. Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Lienda Aliwarga Handojo menemukan formula untuk mengubah sisa penyulingan minyak sawit menjadi pakan ternak.

Pakan ternak dalam bentuk lemak kalsium yang telah diuji coba itu, berhasil menaikkan produksi susu pada sapi perah.

Hasil penelitian dosen ITB yang telah dipatenkan pada proses, alat, dan komposisinya itu, membawa angin segar bagi masyarakat Indonesia, terutama petani dan pemilik perkebunan kelapa sawit. Mengingat, Indonesia termasuk penghasil sawit terbesar di dunia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi minyak sawit mentah Indonesia pada tahun 2017 sekitar 34,4 juta ton. Indonesia memiliki lahan sawit seluas 12,3 juta hektare.

Sayangnya, tidak semua minyak sawit mentah bernilai ekonomi. Pada proses penyulingan, menghasilkan refined palm oil (minyak goreng) dan Palm Fatty Acid Distillate atau PFAD.

Hal itu juga yang melatarbelakangi Lienda Aliwarga Handojo meneliti lebih dalam mengenai pemanfaatan PFAD sehingga dapat memiliki nilai tambah. PFAD sendiri, selama ini belum banyak dimanfaatkan. Sehingga nilai ekonomis dari biji sawit belum begitu menggembirakan.

Kini, pakan ternak lemak kalsium ciptaan Lienda berhasil menaikkan produksi susu sapi perah. Pengujian in-vivo dilakukan di peternakan sapi Lembang, yang merupakan sentra susu di Jawa barat. Hasil yang baik ditunjukkan pada kedua pengujian tersebut.

“Uji in-vitro yang meliputi segi kecernaan bahan pangan, bahan organik, kandungan ammonia, dan volatile fatty acid, memperlihatkan produk kami lebih unggul daripada suplemen komersial,” kata Lienda dalam siaran pers ITB, Selasa (19/3/2019).

Menurut dia, produksi susu sapi yang diberi lemak kalsium hasil penelitian, lebih tinggi 16% dibandingkan sapi yang tidak diberi suplemen.

Produksi susu sapi juga lebih tinggi 4% jika dibandingkan dengan suplemen komersial. Sapi yang diberi lemak kalsium secara fisik lebih sehat dan lebih fertile.

Karena setelah melahirkan biasanya sapi perah cenderung mengalami penurunan kesehatan dan pengeroposan tulang akibat ekskresi susu yang terus menerus tanpa diimbangi dengan asupan yang sesuai.

Lienda yang merupakan dosen Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung ini, memulai penelitian sejak tahun 2016 ketika Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengadakan seleksi pendanaan untuk penelitian dan pengembangan sawit.“Saat itu kami mengajukan proposal dan penelitian ini termasuk yang terpilih untuk didanai,” ujar dia.

Menurut dia, pembuatan lemak kalsium dari PFAD ini melibatkan perubahan fasa yang kompleks. Mulai dari fasa padat, berubah menjadi cair yang berbentuk suspensi pekat karena adanya pemanasan dan penambahan padatan kalsium. Selanjutnya mengembang dengan cepat hingga volume mencapai enam kali semula, lalu tiba-tiba memadat kembali.

Lienda menuturkan bahwa diperlukan teknik reaksi dan desain reaktor yang khusus agar reaksi yang eksoterm ini dapat menghasilkan produk dengan komposisi yang diinginkan.

“Penambahan kalsium tersebut bertujuan agar lemak yang diberikan sebagai suplemen tidak mengganggu pencernaan hewan ternak,” tutur Lienda yang menjadi salah satu dari 12 dosen Penerima Penghargaan Bidang Karya dan Inovasi pada peringatan Dies Natalis ke-60 ITB.

“Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah serta produk yang dihasilkan bermanfaat bagi para peternak untuk meningkatkan produksi susu sapi mereka,”pungkas dia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 6.3187 seconds (0.1#10.140)