Perang Air Susu dan Kopi Meriahkan Ruwatan Lembur Cikole
A
A
A
BANDUNG BARAT - Warga Kampung Cibedug, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), melakukan ruwatan lembur yang bertema Gapura Ning Rahayu, Senin (18/3/2019).
Yang unik ruwatan lembut ini diisi dengan Palaguna Toya atau Perang Air antara warga dengan saling lempar air susu dan kopi yang dibungkus plastik.
Rangkaian acara ruwatan dimulai dengan penyambutan para tamu undangan, kemudian dilanjutkan bermunajat kepada Sang Pencipta. Hal itu sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan selama ini.
Lalu dua kubu yang terdiri atas perangkat desa, tokoh adat, dan masyarakat diberi jatah kantong plastik berisi kopi dan susu. Setelah ada aba-aba maka perang air pun dimulai.
Tokoh budaya Kampung Cibedug, Dede Atmaja menuturkan, Ruwatan Lembur yang mengambil tema Gapura Ning Rahayu dimaksudkan agar masyarakat bisa membuka pintu keselamatan.
Ruwatan Lembur digelar setiap tahun sebagai wujud rasa syukur warga atas rahmat yang diberikan oleh Sang Pencipta. Khususnya atas nikmat air yang menjadi sumber kehidupan manusia di bumi ini.
"Tiap tahun kami menyelenggarakan Ruwatan Lembur tapi dengan tema yang berbeda-beda. Nah untuk Palagan Toya ini baru sekarang diadakan, karena disesuaikan dengan tema yang dimunculkan," terangnya.
Sementara menurut panitia penyelenggara, Vian menyebutkan, pihaknya menyiapkan sekitar 5.000 kantong plastik yang berisi air susu dan kopi.
Untuk air susu merupakan sumbangan dari para petenak sapi yang ada di Kampung Cibedug yang mayoritas adalah peternak sapi. Sementara kopi dari sponsor karena kebetulan di Desa Cikole juga ada pengusaha kopi luwak.
Disinggung mengenai filosofi Palaguna Toya atau Perang Air Susu dan Air Kopi, dia menjelaskan jika itu mengandung makna terkait dengan kondisi aktual saat ini, yakni Pemilu 2019.
Air susu dan kopi disimbolkan sebagai perbedaan pandangan politik pada masyarakat yang memiliki pilihan dan perbedaan warna masing-masing. Sementara, perang airnya jadi perumpamaan buat pesta demokrasi dimana semua bergembira.
"Perang air susu dan kopi ini sebagai aimbol perbedaan pilihan dalam politik di masyarakat. Boleh berbeda-beda pendapat, tapi setelah pemilu selesai harus berangkulan lagi. Makanya tadi habis perang air kita sama-sama tertawa lagi dan bergembira," ujarnya.
Kepala Desa Cikole Jajang Ruhiat mengatakan, berbeda Ruwatan Lembur tahun lalu yang mengusung tema semarak kohkol, pada tahun ini temanya adalah perang air.
Melalui kegiatan ini diharapkan Cikole dapat lebih dikenal sebagai daerah penghasil susu dan kopi. "Wilayah Lembang merupakan daerah penghasil susu sapi karena di Cikole saja terdapat lebih dari 700 peternak sapi. Kopi pun demikian, karena di sini pun menjadi tempat budidaya kopi," imbuhnya.
Yang unik ruwatan lembut ini diisi dengan Palaguna Toya atau Perang Air antara warga dengan saling lempar air susu dan kopi yang dibungkus plastik.
Rangkaian acara ruwatan dimulai dengan penyambutan para tamu undangan, kemudian dilanjutkan bermunajat kepada Sang Pencipta. Hal itu sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan selama ini.
Lalu dua kubu yang terdiri atas perangkat desa, tokoh adat, dan masyarakat diberi jatah kantong plastik berisi kopi dan susu. Setelah ada aba-aba maka perang air pun dimulai.
Tokoh budaya Kampung Cibedug, Dede Atmaja menuturkan, Ruwatan Lembur yang mengambil tema Gapura Ning Rahayu dimaksudkan agar masyarakat bisa membuka pintu keselamatan.
Ruwatan Lembur digelar setiap tahun sebagai wujud rasa syukur warga atas rahmat yang diberikan oleh Sang Pencipta. Khususnya atas nikmat air yang menjadi sumber kehidupan manusia di bumi ini.
"Tiap tahun kami menyelenggarakan Ruwatan Lembur tapi dengan tema yang berbeda-beda. Nah untuk Palagan Toya ini baru sekarang diadakan, karena disesuaikan dengan tema yang dimunculkan," terangnya.
Sementara menurut panitia penyelenggara, Vian menyebutkan, pihaknya menyiapkan sekitar 5.000 kantong plastik yang berisi air susu dan kopi.
Untuk air susu merupakan sumbangan dari para petenak sapi yang ada di Kampung Cibedug yang mayoritas adalah peternak sapi. Sementara kopi dari sponsor karena kebetulan di Desa Cikole juga ada pengusaha kopi luwak.
Disinggung mengenai filosofi Palaguna Toya atau Perang Air Susu dan Air Kopi, dia menjelaskan jika itu mengandung makna terkait dengan kondisi aktual saat ini, yakni Pemilu 2019.
Air susu dan kopi disimbolkan sebagai perbedaan pandangan politik pada masyarakat yang memiliki pilihan dan perbedaan warna masing-masing. Sementara, perang airnya jadi perumpamaan buat pesta demokrasi dimana semua bergembira.
"Perang air susu dan kopi ini sebagai aimbol perbedaan pilihan dalam politik di masyarakat. Boleh berbeda-beda pendapat, tapi setelah pemilu selesai harus berangkulan lagi. Makanya tadi habis perang air kita sama-sama tertawa lagi dan bergembira," ujarnya.
Kepala Desa Cikole Jajang Ruhiat mengatakan, berbeda Ruwatan Lembur tahun lalu yang mengusung tema semarak kohkol, pada tahun ini temanya adalah perang air.
Melalui kegiatan ini diharapkan Cikole dapat lebih dikenal sebagai daerah penghasil susu dan kopi. "Wilayah Lembang merupakan daerah penghasil susu sapi karena di Cikole saja terdapat lebih dari 700 peternak sapi. Kopi pun demikian, karena di sini pun menjadi tempat budidaya kopi," imbuhnya.
(awd)