Dorong Ekonomi Digital, Menperin Resmikan Lab IoT ITB

Senin, 18 Maret 2019 - 22:49 WIB
Dorong Ekonomi Digital, Menperin Resmikan Lab IoT ITB
Menperin Airlangga Hartarto meresmikan IoT Innovation & Future Digital Economy Lab di ITB, Senin (18/3/2019). Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperin) Airlangga Hartarto meresmikan Internet of Things (IoT) Innovation & Future Digital Economy Lab sebagai laboratorium pengembangan ekonomi digital di Institut Teknologi Bandung (ITB), Senin (18/3/2019).

Airlangga mengatakan, Kemenperin terus mendorong inovasi sebagai elemen penting dari Revolusi Industri 4.0. Upaya tersebut merupakan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, sehingga Indonesia siap menapaki industri digital, baik dari segi infrastruktur maupun sumber daya manusia (SDM).

"Salah satu prioritas peta jalan Making Indonesia 4.0 adalah peningkatan alokasi anggaran untuk aktivitas research and development (R&D) teknologi dan inovasi. Ini adalah lompatan besar dan kerja keras yang perlu didukung segenap pemangku kepentingan," kata Airlangga dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (18/3/2019).

Laboratorium pengembangan ekonomi digital 'IoT Innovation & Future Digital Economy Lab' tersebut diprakarsai Indosat Ooredoo Business.

Future digital economy lab tersebut diharapkan mampu menghasilkan ide, inovasi, referensi desain produk, dan solusi guna menjawab kasus-kasus IoT yang dapat dikembangkan dalam skala industri untuk beragam kebutuhan, baik itu pengembangan produk, layanan, manufaktur, marketing, dan lain-lain.

"Dahulu di era globalisasi yang menjadi kunci adalah bahasa Inggris. Sekarang di era digitalisasi kuncinya adalah koding dan statistik data. Kalau menerapkan itu, apapun jurusan sekolahnya, maka kita akan siap di era digital," ujar dia.

Laboratorium IoT, merupakan yang pertama didirikan dan diprakarsai Indosat Ooredo. Selain dengan ITB, Indosat Ooredoo juga akan bekerja sama dengan institusi pendidikan lain, seperti Universitas Bina Nusantara (Binus), Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Unika Atma Jaya, Universitas Trilogi, dan STIE Perbanas.

Kemudian, President University, Universitas Prasetiya Mulya, Institut Teknologi Sepuluh November, dan Universitas Udayana (Unud).

Sinergi ini bertujuan untuk menyediakan sarana pembelajaran dan pengembangan talenta digital berbasis awareness dengan cara learning by doing.

"Kami harap, dengan future digital lab ini, ITB menjadi powerhouse dalam kebangkitan digital ekonomi Indonesia dan mencapai target masuk 10 besar ekonomi dunia di tahun 2030," harap Airlangga.

Airlangga melanjutkan, setidaknya sudah ada tiga laboratorium IoT yang diresmikan dan dikunjunginya dalam satu tahun terakhir. "Ini adalah langkah emas bagi Indonesia untuk menguasai inovasi dan teknologi," imbuh Airlangga.

Lebih jauh dia mengatakan, industri 4.0 sangat erat kaitannya dengan penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, seperti IoT, big data, cloud computing, artificial intellegence, mobility, virtual dan augmented reality, sistem sensor dan otomasi, serta virtual branding. Sehingga, kata Airlangga, hal tersebut akan jadi tantangan besar bagi Indonesia untuk menyesuaikan diri dengan dinamika Industri 4.0.

Meningkatnya konektivitas
Industri 4.0 juga ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi, dan semakin konvergensinya batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya melalui teknologi informasi dan komunikasi.

Revolusi tersebut merupakan sebuah lompatan besar di sektor industri dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sepenuhnya. Tidak hanya dalam proses produksi, tetapi juga di seluruh rantai nilai guna mencapai efisiensi yang setinggi-tingginya untuk melahirkan model bisnis yang baru dan berbasis digital.

"Untuk melangkah ke sana, sektor industri nasional perlu banyak pembenahan, terutama dalam aspek penguasaan teknologi yang menjadi kunci utama penentu daya saing di era Industri 4.0 dan tentunya konektivitas menjadi backbone digital infrastruktur seperti Palapa Ring yang telah memberikan penguatan konektivitas digital khususnya jaringan 4G," papar Airlangga.

Airlangga menambahkan, Making Indonesia 4.0 mendorong Indonesia untuk mencapai 10 besar ekonomi di tahun 2030, mengembalikan net export ke kisaran 10 persen, meningkatkan produktivitas kerja dua kali lipat, dan alokasi 2 persen dari PDB untuk aktivitas R&D teknologi dan inovasi.

Upaya ini berpeluang meningkatkan 1-2 persen pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tambahan lebih dari 10 juta tenaga kerja serta peningkatan kontribusi industri manufaktur pada perekonomian.

"Di era Industri 4.0, Indonesia membutuhkan 17 juta tenaga kerja melek digital dengan komposisi 30 persen di industri manufaktur dan 70 persen di industri penunjang yang nantinya akan mendorong tambahan ekonomi sebesar USD150 miliar," pungkasnya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2001 seconds (0.1#10.140)