134 Warga Kota Cimahi Alami Gangguan Telinga dan Pendengaran

Jum'at, 15 Maret 2019 - 23:44 WIB
134 Warga Kota Cimahi Alami Gangguan Telinga dan Pendengaran
Sejumlah warga Kota Cimahi memeriksakan telinga dalam kegiatan baksos Bulan Kesehatan Telinga dan Hari Pendengaran Sedunia 2019 di PT Trisuletex, Cimahi, Jumat (15/3/2019). Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
CIMAHI - Meskipun Kota Cimahi terpilih menjadi salah satu daerah di Indonesia yang mendapat penghargaan sebagai kota telinga sehat, namun hingga kini masih ditemukan kasus gangguan telinga dan pendengaran mencapai 134 kasus.

Data Dinas Kesehatan Kota Cimahi mencatat dari total jumlah kasus tersebut terbagi ke dalam beberapa klasifikasi. Di antaranya, warga yang mengidap otitis media supuratif krinik atau congek 56 kasus, serumen atau kotoran telinga 62, tuli akibat bising terus menerus 6, tuli kongenital atau tuli sejak lahir 4, dan lain-lain 6.

"Memang masih ada penderita, tapi terbilang sedikit. Hal itu yang menjadi salah satu indikator mengapa Cimahi mendapat penghargaan sebagai kota telinga sehat," kata Wali Kota Cimahi Ajay Muhammad Priatna ditemui susai acara baksos dalam rangka Bulan Kesehatan Telinga dan Hari Pendengaran Sedunia 2019 di PT Trisuletex, Jumat (15/3/2019).

Ajay mengakui potensi kesehatan telinga warga Kota Cimahi terganggu cukup besar. Ini dikarenakan hampir setiap hari masyarakat dihadapkan pada suara-suara bising. Seperti mendengarkan suara lewat headset secara berlebihan dan suara mesin di pabrik.

Terlebih Cimahi merupakan kawasan perkotaan yang selain bising oleh ingar-bingar mesin kendaraan, juga karena keberadaan kawasan industri.

Untuk itu, ujar Ajay, Pemkot Cimahi terus mengajak masyarakat untuk memeriksakan telinga sejak dini. Meskipun sejauh ini, masyarakat Kota Cimahi memiliki kesadaran cukup baik untuk memeriksakan alat pendengarannya ke dokter.

Tanda-tanda awal terganggunya alat pendengaran itu bisa dideteksi dengan mudah. Misalnya ketika mengeraskan volume audio ada suara mendengung atau pendengaran putus-putus saat komunikasi.

"Kami terus kerja keras, bersama Dinas Kesehatan dan beberapa rumah sakit untuk sosialisasi ke masyarakat. Tujuannya agar penderita gangguan telinga ini bisa terus ditekan," ujarnya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1324 seconds (0.1#10.140)