DPRD Purwakarta Mediasi 2 Desa soal Air Terjun Cijanun

Jum'at, 15 Maret 2019 - 17:09 WIB
DPRD Purwakarta Mediasi 2 Desa soal Air Terjun Cijanun
Anggota DPRD Purwakarta saat memediasi dua desa yang berselisih soal pemanfaatan Mata Air Cijanun di Kecamatan Bojong. Hingga saat ini perselisihan di antara mereka belum menemukan titik temu. Foto/Istimewa
A A A
PURWAKARTA - Dua desa di Kabupaten Purwakarta , yakni Desa Pondok Bungur, Kecamatan Pondoksalam dan Desa Cipeundeuy, Kecamatan Bojong, berselisih soal air bersih. Meski sudah berkali-kali dimediasi DPRD Purwakarta, hingga saat ini belum juga ada titik temu.

Di Desa Cipeundeuy terdapat Mata Air Cijanun yang memasok kebutuhan untuk irigasi persawahan dan air bersih bagi warga Pondok Bungur dan perkotaan. Adanya sumber air itu pun kemudian dimanfaatkan pihak ketiga untuk membangun sebuah tempat wisata air yang dinamakan Taman Batu Cijanun, Bojong.

Menurut Kades Pondok Bungur Abun CS, masalah timbul setelah adanya pembangunan tempat wisata itu pada tahun 2016. Dampak yang terjadi pasokan air bersih ke desanya menjadi berkurang dan terkontaminasi limbah. "Terutama pada hari Sabtu dan Minggu, airnya bau sabun, karena banyaknya pengunjung yang berenang di Taman Batu," ungkap Abun, Jumat (15/3/2019).

Sementara itu, Direktur Teknis PDAM Purwakarta Susanto menyatakan ada tiga pipa yang mengalir di sana. Pipa pertama untuk pengairan sawah, pipa kedua untuk warga Pondok Bungur, dan pipa ketiga untuk kebutuhan air bersih masyarakat perkotaan. Artinya, PDAM sudah memenuhi kewajibannya dan sampai detik ini tak bermasalah.
"Kalau kemudian air yang mengalir ke area Pondok Bungur terhambat atau terganggu, kami tidak mengerti," jelasnya

Lantas, kenapa pipa air PDAM ada yang mengalir ke kolam renang Taman Batu? Menurut Susanto, pembangunan proyek air bersih dari air mata Cijanun itu, dahulu dibiayai oleh pemerintah pusat yang diatur oleh undang-undang. "Kita tidak bisa mengubah sendiri tanpa konsultasi ke pusat," ujarnya.

Bola panas itu kini berada pada Kades Cipeundeuy Kosasih, karena ada beberapa opsi, khususnya yang harus dilakukannya dengan pengusaha kolam renang Taman Batu. Namun, mereka tak bisa memutuskan, karena masih harus berkonsultasi dengan tokoh-tokoh masyarakat Desa Cipeundeuy.

"Saya minta waktu seminggu untuk membahasnya lebih dulu dengan para tokoh masyarakat Desa Cipeundey. Karena, saya takut dituduh menerima kontribusi oleh warga saya," ujar Kosasih.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3285 seconds (0.1#10.140)