Salut, Warga Desa di KBB Bangun Jembatan secara Swadaya dan Gotong Royong

Selasa, 12 Maret 2019 - 22:49 WIB
Salut, Warga Desa di KBB Bangun Jembatan secara Swadaya dan Gotong Royong
Sejumlah warga di Kampung Singayana, Desa Tamanjaya, Kecamatan Gununghalu, Bandung Barat, bergotong royong membangun jembatan dengan biaya swadaya. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Warga beberapa desa di Kabupaten Bandung Barat (KBB) gotong royong membangun jembatan penyeberangan dengan biaya yang dikumpulkan secara swadaya.

Meskipun menjadi tanggung jawab pemerintah, namun warga tidak mau berpangku tangan dan menunggu pembangunan infrastruktur dengan dana APBD.

Seperti pembangunan jembatan di Kampung Singayana, Desa Tamanjaya, Kecamatan Gununghalu. Jika selesai dibangun maka bisa dimanfaatkan oleh warga empat kampung dari empat desa.

Antara lain, Kampung Buntersari, Desa Sirnagalih; Kampung Ciketa, Desa Cijambu; Kampung Bolenglang, Desa Cicadas; dan Kampung Leuwi Baru, Desa Sindangjaya.

Sementara yang sudah selesai dibangun secara swadaya adalah, Jembatan Rangga Malela di Kampung Leuwi Baru, Desa Sindangjaya, Kecamatan Gunung Halu dan Jembatan Rangga Madoe, Kampung Pangkalan, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cipongkor. Jembatan sepanjang 24 meter itu terbuat dari bambu dan menjadi akses utama bagi warga sekitar.

"Warga di selatan KBB masih banyak yang membutuhkan akses jembatan sebagai jalan penghubung antardesa. Jika menunggu bantuan pemerintah, mungkin akan lama terwujudnya. Daripada warga lelah berharap, kami galang dana dengan pola swadaya dan gotong royong untuk membangun jembatan," kata inisiator pembangunan jembatan swadaya David Riksa Buana kepada SINDOnews, Selasa (12/3/2019).

Salut, Warga Desa di KBB Bangun Jembatan secara Swadaya dan Gotong Royong


Menurut David, dari hasil pemetaan wilyah di selatan KBB, masih banyak desa atau perkampungan yang terpisah oleh sungai atau anak sungai. Tapi ada juga temuan dimana awalnya jembatan rusak akibat diterjang bencana.

Akibatnya, untuk melakukan aktivitas sehari-hari atau menjual hasil pertanian, warga terpaksa harus menempuh jalan memutar yang segi ongkos cukup mahal dan memakan waktu lebih lama.

"Yang saya salut, kultur gotong royong masyarakat di desa masih sangat kuat. Pengerjaan dilakukan secara swadaya dan memanfaatkan material bahan bangunan di Sungai Cilanang. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi warga ketika pemerintah pun turut hadir di tengah-tengah mereka," kata David yang juga Ketua Trapawana Jawa Barat ini.

Dia menilai, pembangunan jembatan secara swadaya ini merupakan bentuk kepedulian, inovasi, dan kreativitas, masyarakat desa dalam rangka mewujudkan kemandirian.

Gotong royong menjadi salah satu cara mengembalikan nilai luhur bangsa. Pola ini seharusnya dapat dijadikan model pembangunan jembatan sekala kecil dengan melibatkan multi stakeholder atau CSR perusahaan.

Sementara itu, pengamat ekonomi Acuviarta Kartabi menyebutkan masih ada warga yang kesulitan akses jembatan menunjukkan kegagalan pemerintah daerah dalam menyediakan fasilitas publik bagi masyarakat.

Sebab pembangunan insfrastruktur atau fasilitas publik adalah tanggung jawab pemerintah. "Semestinya Pemda KBB mengambilalih tanggung jawab itu atau paling tidak hadir men-support warga," kata Acuviarta.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9459 seconds (0.1#10.140)