Alat Deteksi Dini Bencana Rusak, BPBD KBB Surati Badan Geologi

Selasa, 12 Maret 2019 - 16:27 WIB
Alat Deteksi Dini Bencana Rusak, BPBD KBB Surati Badan Geologi
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD KBB Agus Rudianto menunjukkan titik-titik yang terpasang alat early warning system di KBB. Foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat (KBB) melayangkan surat ke Badan Geologi untuk mengecek alat pendeteksi dini bencana (early warning system). Sebab, alat pendeteksi dini bencana yang berada di Kampung Cihaliwung, RT 03/06, Desa Kertamulya, Kecamatan Padalarang, yang dipasang sejak tahun 2015, dilaporkan tidak berfungsi.

"Alat itu bantuan pemberian dari Badan Geologi pada 2015 lalu, setelah di kawasan tersebut sebelumnya terjadi longsor. Makanya ketika sekarang dilaporkan alatnya rusak maka kami laporkan ke mereka," tutur Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD KBB Agus Rudianto di Ngamprah, Selasa (12/3/2019).

Dirinya ingin agar alat tersebut kembali berfungsi karena sangat dibutuhkan untuk mendeteksi dini bencana khususnya longsor. Selain di Cihaliwung, alat pendeteksi dini bencana juga terpasang di Kampung Tipar Timur, Desa Laksanamekar, Padalarang. Alat yang dipasang tak jauh dari Taman Makam Bahagia tersebut merupakan bantuan dari lembaga Bulan Sabit Merah dan dikelola oleh Kelompok Siaga Bencana (KSB), Desa Laksanamekar.

Satu lagi alat serupa dipasang di Kampung Jati Radio, RT 02/12, Desa/Kecamatan Cililin, bantuan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada tahun 2018. Dipilihnya lokasi tersebut karena pernah kejadian longsor pada 10 Maret 2017. Kejadian itu menyebabkan 4 rumah rusak berat, 4 korban luka, dan 90 kepala keluarga (KK) diungsikan. Longsor itu bukan kejadian pertama, tapi sudah yang ke tiga kali, setelah sebelumnya terjadi pada tahun 2015 dan 2016.

"Kalau alat early warning system di dua lokasi itu alhamdulillah masih berfungsi. Prinsip kerjanya ketika terjadi longsor ataupun pergerakan tanah maka akan mengeluarkan suara sirene," jelasnya.

Alat tersebut, lanjut Agus, mengeluarkan suara yang cukup keras sehingga dapat terdengar hingga radius ratusan meter. Alatnya ada dua unit. Pertama, dipasang di puncak bukit. Kedua, berada di SMA Mitradarma Cililin. Saat dipasang, tim dari BPPT memberikan pengarahan dan simulasi kepada warga sekitar agar mengetahui cara kerjanya. Sehingga, jika alatnya rusak juga bisa langsung dilaporkan.

"Teknisi dari BPPT sudah memberikan nomor kontak kepada aparat Pemerintahan Desa Cililin. Itu untuk memudahkan jika terjadi kerusakan atau alatnya tidak berfungsi, sehingga bisa langsung mengontak," pungkasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5329 seconds (0.1#10.140)