Prabowo Tuding Pemerintah Gagal Kelola Kekayaan Negara

Jum'at, 08 Maret 2019 - 22:40 WIB
Prabowo Tuding Pemerintah Gagal Kelola Kekayaan Negara
Capres Prabowo Subianto saat memberikan kuliah umum di Kampus UKRI, Jalan Halimun, Kota Bandung, Jumat (8/3/2019). Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - Calon presiden Prabowo Subianto menuding pemerintah gagal mengelola kekayaan negara. Akibatnya, rakyat Indonesia tak bisa menikmati manfaat dari kekayaan negara yang menjadi hajat hidup rakyat Indonesia itu.

Penilaian tersebut disampaikan Prabowo saat memberikan kuliah umum yang diikuti civitas akademika Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) dan para pendukung pasangan calon presiden-wakil presiden (capres-cawapres) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Kampus UKRI, Jalan Halimun, Kota Bandung, Jumat (8/3/2019).

Prabowo menjelaskan penilaiannya itu lewat sebuah ilustrasi seorang pengusaha kelapa sawit bernama si Badu yang disebutnya sukses mengeruk kekayaan negara demi kepentingan pribadi dengan cara mengelabui para pejabat pemerintahan.

Prabowo memaparkan, lewat akal bulusnya, si Badu meminta izin membuka lahan perkebunan kelapa sawit. Perizinan pun kemudian diproses, mulai dari tingkat bupati, gubernur, hingga kementerian.

Setelah mendapat izin, Si Badu kemudian mendatangi Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk meminta izin pengelolaan berupa Sertifikat Hak Guna Usaha (HGU). "Kemudian keluar Sertifikat HGU ini. Ini dari Pemerintah Republik Indonesia juga kan?" ujar Prabowo.

HGU ini, tutur Prabowo, kemudian dijaminkan si Badu kepada bank yang juga milik pemerintah, hingga mendapatkan kredit modal dari pihak bank dengan perhitungan jumlah modal yang diberikan sesuai luas lahan HGU.

"Si Badu ini pinter, yang satu hektare USD3.000, dia ajukan USD5.000. Kredit itu turun. Padahal, belum ada satu pohon kelapa sawit yang ditanam, tapi dia sudah dapat untung," tutur Prabowo.

Setelah itu, si Badu pun mendatangi lahan HGU yang akan dikelolanya sebagai kebun kelapa sawit. Ternyata, lahan tersebut masih berupa hutan yang ditumbuhi banyak pohon. Si Badu pun kembali meminta izin untuk membabat pohon-pohon tersebut.

"Satu kubik sekarang kayu yang bagus dua juta (Rp2 juta). Paling jelek satu juta (Rp1 juta) lah. Kalau satu hektare berapa kubik? Dia belum tanam satu pohon kelapa sawit, dia sudah untung lagi. Bayangkan kalau HGU-nya 10. 000 hektare atau katakanlah 30.000 hektare kali Rp100 juta, belum apa-apa dia untung lagi," ungkap Prabowo.

Keuntungan si Badu pun semakin berlipat setelah kebun kelapa sawitnya mulai menghasilkan dan memiliki pabrik sebagai tempat pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa yang nantinya dijual ke luar negeri.

"Dia bangun pabrik, bikin minyak kelapa sawit, dikirim pakai mobil tanki yang bahan bakarnya solar. Solar itu disubsidi pakai APBN. Diantarkan menggunakan jalan kabupaten (yang dibiayai) APBD. Melalui jembatan kabupaten (yang dibiayai APBD), melalui jalan provinsi, didanai APBD, uang dari rakyat. Lalu melintasi jalan nasional yang dibiayai APBN," kata dia.

"(Mobil pengantar minyak) sampai ke pelabuhan yang dibangun pemerintah. Pembayaran (jual beli minyak) ditaro di luar negeri. Bayangkan, tanah, air, izin, jaminan, jalan, itu milik negara. Solar disubsidi APBN, pelabuhan dibangun negara, dia (Si Badu) kirim kelapa sawit, uangnya disimpen di luar negeri," ujar Prabowo.

Lewat ilustrasi tersebut, Prabowo menyatakan, pemerintah telah gagal memberikan manfaat kekayaan negara bagi rakyat Indonesia. Prabowo pun menyebut, para pejabat kementerian tak mampu mengelola kekayaan negara hingga hanya bisa dinikmati segelintir orang.

"Saya gak mengerti menteri yang punya gelar banyak, dia pernah dengar gak cerita tentang si Badu. Tolong saudara yang banyak gelarnya itu, kalian gagal mengolah kekayaan negara," tutur Prabowo dengan nada tinggi.

"Jadi, sudah lah. Saya bicara ke yang di Jakarta, kalau ente ga sanggup, udah lah (mundur). Ini logika, gak perlu mempunyai gelar S3," ungkap dia.

Dari pemaparan kuliah umum itu, Prabowo terus menyoroti kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat Indonesia hingga menyebabkan banyak rakyat Indonesia hidup sengsara.

Sementara itu, berdasarkan pantauan di luar aula tempat Prabowo Subianto menyampaikan kuliah umumnya, sejumlah pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tampak berkerumun. Sebagian di antaranya ikut menyimak kuliah umum Prabowo Subianto lewat sejumlah layar besar.

Bahkan, tidak sedikit para pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, terutama kalangan ibu-ibu ikut menyimak di dalam aula. Akibatnya, paparan-paparan akademis pun sempat berubah menjadi seperti kampanye menyusul banyaknya teriakan "Prabowo Presiden" hingga simbol dua jari yang ditunjukkan mereka di dalam aula.

Bahkan, kondisi tersebut juga diakui oleh Prabowo saat memberikan kuliah umumnya. Dia mengaku heran mengapa banyak ibu-ibu yang menjadi peserta kuliah umum, termasuk relawan dan simpatisan yang umumnya mengenakan kemeja putih dipadu celana krem itu, meski Prabowo pun pada akhirnya melanjutkan kuliah umumnya hingga selesai.

"Emak-emak terlalu banyak. Maksudnya ini studium general, pidato akademis, ada profesor di sini. Katanya forum akademis, saya pakai dasi. Kalau tahu begini, saya pakai safari. Oke kita serius, mulai serius," ungkap Prabowo.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.6129 seconds (0.1#10.140)