TPID Jabar Siapkan Strategi Jaga Inflasi Stabil

Selasa, 05 Maret 2019 - 13:05 WIB
TPID Jabar Siapkan Strategi Jaga Inflasi Stabil
Ilustrasi/SINDOnews
A A A
BANDUNG - Tim Pengendali Inflasi Jawa Barat, termasuk Bank Indonesia (BI), telah membuat beberapa strategi untuk melakukan pengendalian inflasi di Jawa Barat pada tahun ini.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Doni P Joewono mengatakan, dalam rangka menjaga stabilitas harga di Jawa Barat, TPID dan kota-kabupaten se-Jawa Barat telah menyusun strategi pengendalian inflasi 2019. Strategi itu disesuaikan dengan roadmap pengendalian inflasi yang disinergikan dengan 4 kunci strategis. "Meliputi keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif," jelas dia, Selasa (5/3/2019).

Berbagai program yang direkomendasikan, kata dia, antara lain integrated farming antara klaster ayam ras dengan klaster jagung. Kemudian, penguatan peran BUMDes pangan dengan BUMD pangan sebagai holding company-nya.

Selain itu, juga melakukan pembangunan pasar induk daerah, rekomendasi penyusunan Perda untuk menetapkan batas atas biaya pendidikan. Termasuk untuk perbaikan kualitas data neraca pangan di tingkat provinsi dan kota/kabupaten se-Jawa Barat.

Tahun ini, kata dia, pihaknya membuat kisaran sasaran infasi sebesar 3,5%±1% (yoy). Bank Indonesia pun mengapresiasi deflasi Februari 2019. Indeks Harga Konsumen (IHK) Jawa Barat mengalami penurunan dari 133,89 pada Januari 2019 menjadi 133,82 pada Februari 2019. Penurunan IHK tersebut menunjukkan angka deflasi sebesar 0,05% (mtm).

Kelompok barang yang mengalami deflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,85% (mtm) serta kelompok transpor, komunikasi, dan keuangan sebesar 0,01% (mtm).

Secara komoditas, andil deflasi bulanan terbesar berasal dari telur ayam ras, bawang merah, cabai merah, daging ayam ras serta bensin. Secara tahun ke tahun, inflasi Jawa Barat pada Februari 2019 tercatat sebesar 2,61% (yoy) atau
secara tahun kalender sebesar 0,28% (ytd).

Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang sebesar 4,89% (yoy) disusul oleh kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 4,70% (yoy), dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau sebesar 4,05% (yoy).

Secara spasial, dari tujuh kota perhitungan inflasi enam kota mengalami deflasi, antara lain Kota Bogor sebesar 0,40% (mtm); Kota Cirebon sebesar 0,16% (mtm); Kota Sukabumi sebesar 0,14% (mtm); Kota Tasikmalaya sebesar 0,11% (mtm); Kota Bandung sebesar 0,08% (mtm) dan Kota Depok sebesar 0,05% (mtm).

Dari tujuh kota, hanya Kota Bekasi yang mengalami inflasi sebesar 0,17% (mtm). Inflasi yang terjadi di Kota Bekasi didukung terutama oleh kelompok makanan jadi, minuman rokok dan tembakau.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8298 seconds (0.1#10.140)